Takut Pulang ke Negaranya, Warga Myanmar Minta Pemerintah Australia Memperpanjang Izin Tinggal Mereka
Mahasiswi asal Myanmar ini selalu gemetar saat berbicara tentang apa yang terjadi di tanah airnya. Ia mengaku akan ditangkap bila harus kembali ke sana.
Para aktivis memperkirakan lebih dari 700 orang termasuk anak berusia lima tahun telah tewas sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta 1 Februari, menggulingkan Aung San Suu Kyi.
"Kadang-kadang mereka (aparat militer) membunuh di malam hari. Tidak pandang umur," ujar Naw Naw, bukan nama sebenarnya, kepada ABC.
Untuk saat ini, Naw Naw hidup aman di Melbourne. Ia sedang menjalani kuliah bidang pendidikan bagi anak usia dini.
Namun masa studinya di Australia akan segera habis. Visa pelajar yang dia miliki habis masa berlakunya bulan depan.
Sebagai warga etnis Kachin yang blak-blakan menentang kekejaman yang terjadi, dia mengaku takut jika dipaksa kembali ke Myanmar.
"Saya juga akan ditangkap jika saya harus pulang sekarang," katanya kepada ABC.
Menurut Naw Naw, bila ditahan, kemungkinan besar dia tidak akan keluar hidup-hidup.
Mahasiswi asal Myanmar ini selalu gemetar saat berbicara tentang apa yang terjadi di tanah airnya
- Utak-Atik Anggaran, Maju-Mundur Ibu Kota Nusantara
- Dunia Hari Ini: Presiden Trump Mau Mendeportasi Mahasiswa yang Ikut Unjuk Rasa Pro-Palestina
- Dunia Hari Ini: Pesawat Air Busan Terbakar di Bandara Internasional Gimhae
- Dunia Hari Ini: Delapan Sandera Dalam Daftar Pembebasan Hamas Telah Tewas
- Kenapa 26 Januari Jadi Tanggal Kontroversial di Australia?
- Dunia Hari Ini: COVID Kemungkinan Besar Berasal dari Laboratorium