Takut Taliban, Warga Afghanistan Sukarela Membunuh Hiburan

"Bukan karena Taliban memerintahkan kami mengubah apa pun, kami mengganti program sekarang karena kami tidak ingin Taliban memaksa kami berhenti siaran," kata Khalid Sediqqi, produser stasiun radio swasta di Kota Ghezni.
"Lagi pula tak seorang pun di negara ini berminat mencari hiburan, (karena) kami semua sedang syok," kata dia.
"Saya malah tak yakin ada orang yang menyalakan radio sekarang."
Selama 20 tahun hidup di bawah pemerintah dukungan Barat, budaya populer tumbuh di Kabul dan kota-kota lain yang diwarnai kemunculan tempat kebugaran, minuman berenergi, gaya rambut kekinian dan lagu-lagu pop yang berdencing-dencing.
Opera sabun dari Turki, program siaran panggilan di radio, dan pertunjukan bakat di televisi seperti 'Bintang Afghan' menjadi kegemaran masyarakat.
Bagi petinggi Taliban, yang banyak dibesarkan di madrasah dan mengalami tahun-tahun yang sulit akibat peperangan, perubahan itu dianggap sudah melampaui batas.
"Budaya kami telah teracuni, kami melihat pengaruh Rusia dan Amerika di mana saja bahkan pada makanan yang kami santap, sesuatu yang harus disadari oleh masyarakat dan perlu diubah," kata seorang komandan Taliban.
"Ini mungkin perlu waktu tapi itu akan terjadi."
Suasana keseharian di Afghanistan berubah dengan cepat setelah Taliban menguasai Kabul dan mengambil alih kekuasaan
- Timnas U-17 Indonesia Tekuk Afghanistan, Nova Arianto Apresiasi Kerja Keras Pemain
- Sempat Vakum 2 Tahun dari Dunia Hiburan, Nita Thalia: Pengin Istirahat Sebentar
- Sambut Era Baru Dari Hiburan, Arka Entertainment Hadirkan Revolusi Teknologi Drone
- Batavia PIK Hadirkan Beragam Hiburan dan Sajian Berbuka Istimewa di Bulan Ramadan
- Tersinggung Konten Siaran, Taliban Berangus Radio Khusus Perempuan Afghanistan
- Film Gladiator II Hingga Anime Terbaru Hadir di CATCHPLAY+