Taliban Digdaya di Medan Perang, tetapi Tak Becus Mengurus Uang
Taliban juga telah meminta warga Afghanistan untuk kembali ke rumah mereka dan membantu membangun kembali negara itu.
Mereka berjanji untuk melindungi hak asasi manusia dalam upaya menampilkan wajah yang lebih moderat.
Taliban sebelum 2001 memerintah dengan hukum syariat yang tegas, termasuk melarang perempuan menempuh pendidikan dan menjalani pekerjaan.
Perhatian Taliban yang lebih mendesak saat ini adalah mencegah keruntuhan ekonomi.
Afghanistan sangat membutuhkan uang, dan Taliban tidak mungkin mendapatkan akses cepat ke aset senilai 10 miliar dolar AS (Rp 142 triliun) yang sebagian besar disimpan di luar negeri oleh bank sentral Afghanistan.
Taliban telah memerintahkan bank untuk beroperasi kembali, namun memberlakukan batas penarikan uang mingguan yang ketat.
Pelaksana tugas gubernur bank sentral, Haji Mohammad Idris, bertemu dengan anggota Asosiasi Bank Afghanistan dan pemodal lainnya minggu ini, kata dua bankir yang menghadiri pertemuan tersebut.
Kelompok militan itu tengah bekerja mencari solusi untuk mengatasi masalah likuiditas dan inflasi yang tinggi, kata Idris. (ant/dil/jpnn)
Dua minggu sejak mengambil alih ibu kota Kabul, Taliban belum menunjuk pemerintah baru atau mengungkap bagaimana mereka akan memerintah Afghanistan.
Redaktur & Reporter : Adil
- Trump Bakal Menghukum Petinggi Militer yang Terlibat Pengkhianatan di Afghanistan
- Pemerintah Meluncurkan Satgas Jejaring Advokasi Inklusi Keuangan Digital Perempuan
- Bank Mandiri Catat Penyaluran Kredit Rp 1.590 Triliun di Kuartal III 2024
- Perkuat Neraca Keuangan, ABMM Refinancing Fasilitas Kredit Senilai USD 395 Juta
- Begini Cara Kitabisa Dukung Emak-Emak Kelola Keuangan, Simak
- Pentingnya Pemahaman Manajemen Keuangan-Asuransi Berbasis Syariah Sejak Dini dari Keluarga