Taliban Kembali Kuasai Afghanistan, Koalisi Barat Melawan Musuh yang Tak Akan Mati

Politik dengan pertumpahan darah
Petinggi militer Pakistan, Mayjen Ehsan Mahmood Khan beberapa tahun lalu mendefinisikan apa yang disebutnya "perang Taliban". Yaitu, politik dengan pertumpahan darah.
Ia menjelaskan bahwa Taliban mengobarkan perang gagasan, "ideologi versus ideologi - ideologi Islam versus ideologi pemikiran Barat".
Yaitu tentang menjungkirbalikkan konsep "negara bangsa". Ini tidak ada hubungannya dengan demokrasi atau pembagian kekuasaan.
Seperti yang dikatakan Mayjen Ehsan, Taliban memiliki "pandangan strategis besar yang bertujuan merebut legitimasi, kredibilitas, dan kekuasaan politik dan moral, baik dengan cara kekerasan maupun tanpa kekerasan".
Taliban mengeksploitasi pemerintahan sipil yang lemah, korup, tidak kompeten, yang mengecewakan rakyatnya.
Tentu saja, dengan cepat menjadi kekuatan penguasa yang brutal, kejam, membunuh lawan, memerintahkan wanita tinggal di rumah, melarang musik dan melakukan hukuman publik.
Kelompok ini memberi perlindungan bagi kelompok-kelompok Islam seperti Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden yang kemudian merencanakan serangan teror 11 September di Amerika Serikat.
Setelah digulingkan oleh pasukan AS melalui invasi pada tahun 2001, Taliban tetap bertahan, bahkan menjadi "pemerintah bayangan", dan memainkan permainan panjang perang yang berlarut-larut.
Para gerilyawan Taliban mengambil alih Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Minggu (15/08), setelah berhasil menguasai hampir seluruh wilayah negara itu hanya dalam sepekan
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia