Tambah Impor 534 Ribu Ton Kedelai
jpnn.com - JAKARTA - Kementerian Perdagangan bakal mengeluarkan izin bagi 22 importer untuk memasok 534 ribu ton kedelai. Kebijakan itu ditempuh untuk merespons keluhan produsen tahu dan tempe tentang melejitnya harga kedelai.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, hingga Juli ini konsumsi kedelai nasional mencapai 1,9 juta ton. Sekitar 900 ribu ton dipenuhi dari impor. Tahun ini, konsumsi kedelai diperkirakan mencapai 2,5 juta ton. Sehingga masih diperlukan 600 ribu ton sampai akhir tahun yang sebagian juga akan dipasok dari mancanegara.
"Rencananya hari ini (kemarin) kami bakal mengeluarkan perizinan 22 importer kedelai termasuk Bulog," katanya di sela Forum Ekspor di Hotel Grand Melia, Jakarta kemarin.
Data Kementerian Perdagangan menunjukkan stok kedelai di pasar mencapai 300 ribu ton. Jumlah itu diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan produsen kedelai untuk 2,5 bulan. Gita optimistis tambahan pasokan dari 22 importer dan produksi lokal mammpu menjaga pasokan kedelai hingga akhir tahun.
"Jika dilihat dari pasokan kami jamin aman. Tingginya harga kedelai ini lebih karena pelemahan nilai tukar rupiah. Bukan karena pasokan," terangnya.
Untuk menekan harga kedelai, lanjut Gita, selain peningkatan pasokan impor, juga diperlukan peningkatan produksi lokal. Menurutnya, jika produksi dalam negeri cukup, Indonesia tidak terlalu bergantung pada kedelai impor yang sangat sensitif terhadap dolar. (uma/sof)
JAKARTA - Kementerian Perdagangan bakal mengeluarkan izin bagi 22 importer untuk memasok 534 ribu ton kedelai. Kebijakan itu ditempuh untuk
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Tingkatkan Pelayanan Bandara, IAS Group Luncurkan GSE Teknologi Terbaru
- Winn Gas Luncurkan Produk Inovasi Terbaru, Ibu-Ibu Pasti Suka
- Lewat Cara ini SIG Dukung Inisiatif Kementerian BUMN Mewujudkan Asta Cita
- Baru Dirilis Awal Januari, Andal by Taspen Telah Diunduh Lebih Dari 1 Juta Peserta
- Menteri PPPA Ingin Tingkatkan Taraf Hidup Perempuan
- Bank Mandiri Promosikan Sektor IT ke Investor Hong Kong