Tambang Makin Marak, Lahan Pertanian Kian Susut
Namun, rayuan rupiah yang ditawarkan perusahaan membuat edukasi tersebut jarang didengar.
“Kami sering memberikan pengertian, ketika lahan sudah hilang akan sulit mencari gantinya,” ujarnya.
Pemahaman lain yang diberikan bahwa miliaran rupiah hasil penjualan lahan bisa habis. Itu akibat tak bisa mengelola keuangan.
Tidak demikian bila tetap mempertahankan lahan pertanian. Petani tetap memperoleh hasil secara berkelanjutan.
“Sayang, kan? Apalagi kalau hanya menguasai keahlian di pertanian,” sebut dia. Saat uang hasil penjualan lahan habis, baru kebingungan. Tak hanya di Desa Mulawarman, kondisi seperti ini juga terjadi di kawasan lain.
Benar saja, pada 2014, luas baku lahan pertanian Kaltim sempat menyusut. Dari 144,71 ribu hektare pada 2013, menjadi 116,84 ribu hektare.
Itu berarti ada penyusutan 27,87 ribu hektare. Pria berkacamata itu tak menampik bahwa menyusutnya luas sawah karena alih fungsi untuk konsesi pertambangan. “Tidak lepas karena tren tinggi harga batu bara saat itu,” ujarnya. (fch/ril/far/k11)
Ancaman aktivitas pertambangan batu bara yang membuat susut luas lahan pertanian sudah diprediksi Pemprov Kaltim.
Redaktur & Reporter : Ragil
- Dukung Ketahanan Pangan, IsDB & IFAD Kembangan Pertanian Dataran Tinggi
- IFAD Tinjau Program UPLAND di Garut Untuk Tingkatkan Produktivitas & Kesejahteraan Petani
- Indonesia Siap Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari AS
- Jasaraharja Putera & MNC Insurance Teken Kerja Sama Pemasaran
- Bea Cukai Tinjau Perusahaan Penerima Izin Kawasan Berikat di Probolinggo, Ini Tujuannya
- Peredaran Rokok Ilegal Meroket, Pemerintah Harus Segera Bertindak