Tampilkan Kucing Berbahasa Manusia yang Berkuasa
jpnn.com - HUBUNGAN kerja sama diplomatik Indonesia-Jepang yang sudah berlangsung 40 tahun berhasil memadukan seni budaya kedua negara. Seperti yang ditunjukkan Hiroshi Koike, koreografer yang juga sutradara masyhur Jepang, saat tampil di Teater Salihara Jakarta, Sabtu (19/10).
-----------
HENNY GALLA SALSABYL AD'N, Jakarta
------------
Pada suatu siang di pegunungan Jepang dimulailah sebuah rangkaian penderitaan. Anjing-anjing pemburu tiba-tiba melolong keras. Di tengah hutan yang menyeramkan itu, tiga pemburu melihat anjing-anjing tersebut mengeluarkan busa putih dari mulut, lalu mati. Ketiga pemburu yang semula ingin bersenang-senang akhirnya menyerah. Mereka memutuskan untuk pulang ke kota.
Namun, di tengah perjalanan mereka kehilangan arah. Dalam kebingungan itu, tiba-tiba angin berembus kencang. Para pemburu pun harus berjuang melawan embusan udara yang sangat menyiksa. Mereka saling berpelukan, berpegangan tangan erat, menahan dorongan angin yang seperti akan mengoyak baju-baju dan memisahkan mereka.
Kemudian salah satu dari mereka melihat sebuah bangunan yang terbuat dari batu bata, dengan papan bertuliskan Restaurant Wildcat House (Restoran Rumah Kucing Liar). Mereka yang tengah dilanda kelaparan itu tergoda untuk masuk rumah makan yang menawarkan segala kemewahan dan kelezatan itu.
"Daging! Daging! Enak! Enak! Di mana" Di mana?" ujar ketiga pemburu itu bergantian dengan semringah.
Terdengarlah suara kucing berbahasa manusia. "Selamat datang. Kami sangat senang menyambut Anda yang gemuk dan muda. Ini adalah restoran dengan banyak perintah. Kami harap Anda mengerti," ujar si kucing.
Kisah Restoran dengan Banyak Perintah (The Restaurant of Many Orders), yang diambil dari novel masterpiece karya Kenji Miyazawa, ini diperankan seniman teater asal Jepang: Sae Namba, 33; Tetsuro Koyano, 42; dan Ayako Araki, 31. Mereka memainkannya dengan atraktif pada Sabtu (19/10) malam di Teater Salihara, Jakarta.
HUBUNGAN kerja sama diplomatik Indonesia-Jepang yang sudah berlangsung 40 tahun berhasil memadukan seni budaya kedua negara. Seperti yang ditunjukkan
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara