Tampilkan Kucing Berbahasa Manusia yang Berkuasa
Sembari mengaitkan jemarinya di atas meja kayu persegi, Koike mengerutkan dahi. Dia meluncurkan kritiknya terhadap bangsa Barat yang dinilai telah melakukan penjajahan di zaman yang semakin modern ini. Hal itu digambarkan dalam pertunjukan teaternya, yakni ada tiga alas makan berwarna merah dengan perlengkapan ala perjamuan makan malam, seperti steak daging lezat di piring putih yang lebar, pisau, dan garpu yang mengilau, yang selama ini dikenal sebagai budaya Barat.
Untuk bagian ini, Koike tak mengimprovisasi novel yang menjadi buku ajar bagi anak-anak SD di Jepang tersebut. Kenji Miyazawa yang dilahirkan di Hanamaki, Iwate, Jepang, pada 27 Agustus 1896, menulis bahwa Restaurant Wildcat House itu dalam western style atau bergaya Barat.
"Saya tak tahu persis apa maksud Kenji Miyazawa menggunakan western style. Namun, ada hal yang sama dengan penafsiran saya, yakni semua ada batasnya," ujar pria yang rambut dan janggutnya telah ditumbuhi uban itu.
Batas itu, disebut Koike, merupakan dasar dari kehidupan manusia. Artinya, dalam satu hal terkadang manusia tak mampu membuat segala sesuatunya terjadi atau tercipta.
"Tentu sangat sulit bagi kita untuk menciptakan semuanya. Karena itu, kita lalu mengarah kepada western dan menggunakan ide-ide mereka. Western people have occupied," ujarnya.
Karena itu, pria yang dilahirkan di Hitachi, Prefektur Ibaraki, Jepang, ini merealisasikan ide-ide novel itu melalui teater. Dengan teater dia menginginkan negara-negara yang dia kunjungi dapat menangkap maksud jeritan korban-korban nuklir di Jepang tersebut.
"Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk mencegah gempa bumi besar. Namun, dari kecelakaan nuklir Fukushima, kami warga Jepang yang telah hidup sangat lama dengan alam, rasanya gagal mengapresisasi besarnya tenaga nuklir," paparnya.
"Efek bencana itu membuat kami mempertimbangkan lagi bagaimana kami dapat bertahan hidup di pulau-pulau di Jepang," jelasnya.
HUBUNGAN kerja sama diplomatik Indonesia-Jepang yang sudah berlangsung 40 tahun berhasil memadukan seni budaya kedua negara. Seperti yang ditunjukkan
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara