Tampilkan Kucing Berbahasa Manusia yang Berkuasa
Yang juga menarik, dalam pementasannya di Teater Salihara itu Koike meramu beberapa dialognya dengan bahasa Inggris, Jepang, dan Indonesia. Selain itu, teater yang dibentuk Koike setelah 30 tahun berkarya bersama Pappa Tarahumara ini juga memadukan tari kontemporer, tari Bali, aneka suara, dan berbagai aksi panggung.
Mengapa tari Bali menjadi pilihan? Itu tak lain karena salah satu penampil, Tetsuro Koyano, merupakan orang Jepang yang telah lama tinggal di Bali. Malah Koyano ikut memberi sentuhan manis gerakan-gerakan tari leak pada salah satu cerita.
Setelah pentas di Jakarta dua hari, 19-20 Oktober, Koike membawa Hiroshi Koike Bridge Project ke beberapa negara lain, seperti Malaysia dan New Delhi India. Sebelumnya Koike tampil di Manila, Filipina. Proyek ini pun mempertegas misi Koike yang ingin menjembatani ruang, waktu, dan budaya, sebagai bentuk kesenian.
Selain itu, pementasan ini memberi catatan tersendiri bagi Koike yang telah menggelar pertunjukan di 35 negara bersama Pappa Tarahumara, performing art company yang didirikan pada 1982 itu.
"Saya rasa, produksi ini sangat mudah dibawa ke negara lain dan Jepang sendiri. Karena itu, kami ingin mengomunikasikan negara kami, setelah musibah March Eleven (sebutan bagi bencana nuklir Fukushima, Red), itu," tutupnya. (*/c2/ari)
HUBUNGAN kerja sama diplomatik Indonesia-Jepang yang sudah berlangsung 40 tahun berhasil memadukan seni budaya kedua negara. Seperti yang ditunjukkan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara