Tamrin: Konflik Tidak Bisa Dihilangkan

Tamrin: Konflik Tidak Bisa Dihilangkan
Tamrin: Konflik Tidak Bisa Dihilangkan
Rahasianya ialah menguasai metode how to manage conflict atau bagaimana mengelola konflik. Dalam interaksi dan interelasi sosial antar-individu atau antar-kelompok, konflik sebenarnya alamiah. Dulu konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan bisa berakibat negatif maka kini dianggap sebagai gejala atau fenomena yang wajar dan bisa berakibat negatif atau positif tergantung bagaimana mengelolanya.

“Rahasianya adalah menguasai metode how to manage conflict. Cuma ‘kelola’ dalam bahasa Jawa berarti kalau tidak ada konflik maka ciptakan konflik. Sekarang, insecurity menjadi industri, bisnis. Saat kita ngomong di sini, di Ambon konflik menjadi bisnis,” imbuh Tamrin.

Umumnya, setiap benturan adalah konflik. “Apakah benturan pendapat, sikap, benturan mengelola sepakbola, bulutangkis, apa saja. Konflik sama dengan garam di sayuran kita. Garam kurang, hambar; garam terlalu banyak, pahit. Harus proporsional, pas,” ungkapnya.

Karenanya, Tamrin menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Penanganan Konflik Sosial, karena jika hanya membahas penanganan konflik setelah konflik terjadi maka sebenarnya tindakan yang terlambat sekali. “Kalau hanya menyangkut penanganan konflik berarti sudah jatuh korban-korban. Data terakhir, delapan orang tewas di Ambon setelah bentrokan hari Minggu (11/9) lalu,” tukasnya. (fas/jpnn)

JAKARTA - Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Tamrin Amal Tomagola mengakui tidak gampang mengelola konflik jika terjadi di antara 653 suku yang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News