Tamu-Tamu dengan Persoalan Keluarga
Oleh Dahlan Iskan
jpnn.com - Di antara tamu-tamu saya, hari itu ada dua yang membawa masalah keluarga. Pertama seorang perjaka. Umur 25 tahun. Kerja sebagai operator turbin. Di PLTU Kendari, Sulawesi Tenggara. Gaji Rp 5 juta sebulan.
Ia lagi pulang ke Surabaya memanfaatkan cuti satu bulan. Untuk menengok ibunya yang menjanda. Dan mengawini pacarnya yang akan dia ajak merantau ke Kendari.
Kedua, sepasang suami istri yang kelihatan kompak. Mereka kaya. Mapan sekali. Jabatannya tinggi sekali. Di perusahaan swasta raksasa. Di luar itu dia masih punya usaha. Yang juga sangat majunya. Dia pun punya anak. Tunggal. Wanita.
Putri tunggalnya itu luar biasa hebatnya.
Problem tamu yang pertama adalah pacarnya. Yang selama empat tahun terakhir dia tinggal cari-cari kerja. Mencari penghidupan di luar pulau. Ternyata sang pacar menolak kawin. Apalagi akan dibawa ke Kendari. Padahal, si pemuda sudah telanjur beli rumah di sana.
Sang pacar yang tinggal di Caruban, dekat Madiun, rupanya berubah sikap. Tidak mau lagi kawin dengannya. Alasan resminya: tidak mau dibawa ke Kendari. Putri seorang buruh tani miskin itu kirim SMS agar mencari saja gadis selain dirinya.
Jejaka tadi bingung dengan penolakan itu. Waktu belum punya pekerjaan dulu, dia tidak berani melamar. Setelah dapat pekerjaan mapan, lamaran ditolak. Dia sempat berpikir untuk berhenti bekerja. Demi calon istrinya. Dia ingin mencari pekerjaan baru di Jawa.
Dia sudah janji kepada ibunya untuk menikah di masa cuti ini. Agar ibunya bisa segera punya pendamping baru. Calonnya sudah ada. Hanya, sang ibu baru mau menikah lagi kalau anak bujangnya itu sudah menikah.