Tanah Abang

Oleh: Dahlan Iskan

Tanah Abang
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Seperti seorang peragawati. Wajah harus di-make-up. Ekspresi dan gaya harus seperti bintang iklan.

Di bawah tiang penyangga handphone biasanya ada satu pegawai yang jongkok. Pegawai itulah yang menyodorkan pakaian baru untuk diperagakan. Ganti-berganti.

Tiba-tiba saja, kata Wanita Disway tersebut, lahir begitu banyak presenter. Dia mulai tertarik. Mungkin harus ikut juga cara itu.

Persoalan besarnya: bagaimana bisa pede seperti mereka.

Dia terus melihat. Dari satu toko ke toko lain. Mereka juga tidak cantik. Tidak harus cantik. Tetapi memang harus menarik. Dan berani bergaya. Bergoyang. Berekspresi.

Belakangan ia melihat perkembangan baru. Toko-toko yang sepi diubah menjadi studio live streaming.

Satu toko yang kecil itu dibagi-bagi menjadi beberapa petak. Tiap kotak menjadi satu studio mini. Pemilik toko yang kurang pede bisa minta jasa studio mini tersebut.

Maka lahirlah profesi baru: peraga pakaian. Tidak harus cantik. Yang penting: menarik. Pinter bergaya. Pandai bicara.

Tanah Abang akan menjadi saksi akan menjadi apa kelak, ketika perdagangan model lama dibunuh oleh perdagangan online.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News