Tangan Atas
Oleh: Dahlan Iskan
jpnn.com - SAYA kembali menghadiri forum komunitas Tangan di Atas (TDA). Kemarin sore. Di Surabaya. Yang dibahas Bagaimana Bangkit dari Bisnis yang Hancur.
Anggota TDA adalah anak-anak muda yang terjun di bisnis. Mereka ingin agar umat jangan lagi jadi tangan di bawah: miskin.
Mereka bukan pengusaha besar batu bara: yang ketika terjadi Covid-19 justru meraup laba tak terkirakan. Sampai ada yang tiba-tiba menjadi orang terkaya di Indonesia. Mengalahkan keluarga Djarum, Gudang Garam, Eka Tjipta Wijaya, dan orang-orang terkaya lama.
Saya sendiri memilih tidak mau memberi nasihat di forum itu. Saya belum berhasil bangkit. Saya masih seperti ayam yang mati di lumbung.
Maka saya minta tiga anggota TDA naik panggung. Yakni mereka yang benar-benar sudah bangkit dari kematian akibat Covid-19.
Dari enam anggota yang naik panggung, semuanya sempat mati di saat pandemi. Tidak ada satu pun yang tiba-tiba justru kaya.
Salah satunya pemilik resto ayam bakar. Di Tulungagung. Waktu itu ia baru saja berkibar: mampu membuka resto kedua. Ternyata covid datang. Langsung mati.
Dasar anak muda, ia cari akal: jualan suara. Voice over. Ia sadar suaranya baik. Ia menawarkan diri di internet: sebagai pengisi dubbing suara.