Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka
"Banyak lapangan pekerjaan yang diisi pelajar internasional, aku sendiri saja juga merasakan. Mau daftar kerja sebagai barista, front-of-house, atau runner aja susah," katanya.
Tapi ia mengatakan pelajar internasional "bagai sapi perah" di Australia.
"Biaya pendidikan kami mahal, rent juga lumayan mahal, dan setelah selesai, disuruh langsung pulang. Bayar tuh kami pasti selalu yang paling premium, tapi kami tidak pernah dapat kualitas prmium juga."
Pembatasan ini bukanlah aturan pertama yang membuat mereka yang ingin belajar dan tinggal di Australia menjadi khawatir.
Awal tahun ini, pemerintah Australia meningkatkan skor tes Bahasa Inggris sebagai persyaratan untuk mendapatkan 'student visa' dan 'graduate visa'.
Tidak hanya itu, pemerintah Australia juga mensyaratkan "genuine student test" untuk membuktikan jika tujuan mereka datang ke Australia adalah benar-benar untuk belajar.
"Sebenarnya kami datang untuk niatan baik, untuk belajar dan juga dapat pengalaman pekerjaan," ujar Agung.
"Perlu dipertimbangkan lagi sih peraturan baru ini."
Belajar dan menetap di Australia bisa jadi akan lebih sulit, karena pemerintah Australia mengumumkan aturan baru yang akan membatasi jumlah pelajar internasional ke Australia
- Siswa Pendidikan Dokter Spesialis Dianggap 'Rentan' Dengan Ancaman Perundungan dan Senioritas
- Di Balik Gelombang Pembangunan Masif di Bali
- Dunia Hari Ini: Lagi-Lagi Donald Trump Jadi Sasaran Percobaan Pembunuhan?
- Sepatu Buatan Indonesia Incar Peluang di Pameran Perlengkapan Militer di Australia
- Pelaku Kekerasan Seksual di Kereta Komuter Akan Masuk Daftar Hitam dan Dilarang
- Dunia Hari Ini: Staf PBB Ikut Jadi Korban Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza