Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka
Beredarnya informasi yang salah di jejaring sosial
Sebagai Presiden Council of International Students Australia, Yeganeh Soltanpour mengatakan pemerintah Australia sering konsultasi dengan organisasinya, termasuk soal rencana membatasi jumlah pelajar internasional.
Yeganeh mengatakan ia bisa memahami alasan kenapa pemerintah Australia melakukan "tindakan drastis" dengan membatasi jumlah pelajar internasional.
"Penting untuk memahami tekanan yang kita hadapi saat ini terkait biaya hidup," ujarnya.
"Kurangnya tempat tinggal bagi pelajar adalah masalah yang sangat besar … dan terkadang mendorong mereka ke lingkungan hidup yang cukup berbahaya."
Yeganeh khawatir melihat banyak berita misinformasi tentang peraturan baru ini di media sosial, khususnya TikTok, yang memiliki judul kontroversial untuk menarik perhatian.
"'Australia membenci pelajar internasional' atau 'Australia tidak lagi menginginkan pelajar' … semua itu sama sekali tidak benar, tapi saya mengerti mengapa berita seperti itu bisa mengejutkan calon mahasiswa," katanya.
Yeganeh menyarankan para calon mahasiswa untuk selalu mengecek situs resmi pemerintah Australia ketimbang hanya mencari tahu dari sosial media.
Dari pemahamannya, rencana baru ini bertujuan untuk mendorong penyedia pendidikan untuk berinvestasi dalam membangun perumahan bagi para mahasiswa, jika mereka ingin lebih banyak mahasiswa yang mendaftar melebihi batas yang diusulkan.
Belajar dan menetap di Australia bisa jadi akan lebih sulit, karena pemerintah Australia mengumumkan aturan baru yang akan membatasi jumlah pelajar internasional ke Australia
- Dunia Hari Ini: Ledakan Massal 3.000 Penyeranta Hizbullah Tewaskan Sembilan Jiwa di Lebanon
- Dunia Hari Ini: Baku Tembak di Papua Menewaskan Puluhan Jiwa
- Bruce Christie dari Australia Raih Penghargaan karena Bantu Perkembangan Kriket di Indonesia
- Siswa Pendidikan Dokter Spesialis Dianggap 'Rentan' Dengan Ancaman Perundungan dan Senioritas
- Di Balik Gelombang Pembangunan Masif di Bali
- Dunia Hari Ini: Lagi-Lagi Donald Trump Jadi Sasaran Percobaan Pembunuhan?