Tanggapan Warga Indonesia Soal Turunnya Harga Bensin di Australia

Tanggapan Warga Indonesia Soal Turunnya Harga Bensin di Australia
Tanggapan Warga Indonesia Soal Turunnya Harga Bensin di Australia

Menurut Bayu, memiliki mobil di Australia memang bisa mahal, terutama untuk perawatan dan STNK.

"Tapi jika dilihat dari kebutuhannya maka akan sama saja, terutama jika ingin ke luar kota, tentu lebih irit jika naik mobil sendiri."

Rema Melandi, pekerja

Tanggapan Warga Indonesia Soal Turunnya Harga Bensin di Australia
Rema Melandi beserta keluarga. Foto: Prissy Mulyandi.
Rema harus menempuh hampir satu jam dari rumahnya di kawasan Narree Warren menuju Elwood di negara bagian Victoria.

"Tapi tidak bisa naik kendaraan umum, karena saya berangkat ke kantor setiap hari jam 5 pagi," kata Rema yang memilih mengendarai mobil pribadi.

"Belum ngeh dengan penurunan harga bensin, sebenarnya memiliki kendaraan pribadi itu mahal dibandingkan kendaraan umum, tetapi secara efisiensi mengendarai kendaraan pribadi lebih menguntungkan," tambahnya.

Dalam seminggu, Rema mengeluarkan sekitar $80, atau lebih dari Rp 800.000 seminggu untuk bensin.

"Belum ditambah dengan perawatan, mengganti oil dan ban," kata Rema. "Karena di Australia jika diketahui ban gundul akan diberikan peringatan yang ditempel di mobil dan punya waktu dua minggu untuk menggantinya."

Selama tinggal di Australia, Rema sudah dua kali menggalami penurunan harga bensin.

Harga minyak dunia sudah merosot sebanyak 20 persen menjadi AS$28 per barel. Padahal di pertengahan 2015, harga minyak mentah dunia sempat meroket

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News