Tanggapi Kecaman Turki, Media China Rilis Video Seniman Uyghur

Akademisi Elise Anderson, yang mempelajari musik Uyghur, berkata di Twitter bahwa "kulit Heyit pucat dan tampak sakit-sakitan".
Ia mengunggah postingan Twitter yang berisi bahwa video itu menunjukkan betapa protes internasional "bisa memaksa China untuk merespon".
"Kita harus melihatnya sebagai sesuatu yang luar biasa bahwa mereka menyebarkan video ini, misalnya, mereka telah diam tanpa tanggapan tentang keberadaan begitu banyak orang yang dihilangkan," katanya.
Magnus Fiskesjo, profesor antropologi di Cornell University, mengatakan video "manipulatif" itu tampaknya telah dirilis dengan panik dan memiliki kemiripan yang mencolok dengan "pengakuan" yang disiarkan televisi di China.
Video itu bukan jaminan bahwa Heyit benar-benar hidup, katanya, menambahkan bahwa nada, suasana, lokasi yang dirahasiakan dan dinding kedap suara semuanya merupakan ciri-ciri pengakuan yang dipaksakan dan pengakuan tertulis yang dibaca subyek berarti ia diperlakukan dengan ancaman dan bahkan penyiksaan.
"Saya tiba-tiba menyadari bahwa ia tampak tak nyaman dan gelisah, dan bahwa ia tampak seperti memperhatikan arah," katanya kepada ABC.
"Bahwa bahkan jika ia memang masih hidup dan bahwa China sepertinya membantah klaim Turki ... maka itu seharusnya tidak boleh mengaburkan fakta bahwa ia ditahan tanpa komunikasi, yang justru mendorong rumor semacam ini berkeliaran. "
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya