Tanggapi Kenaikan Tarif Air di Jakarta, YLKI: Masyarakat Harus Atur Pola Konsumsi

Tulus menyarankan agar kebijakan tarif baru harus mempertimbangkan daya beli kelompok ini.
Selain itu, Tulus mengingatkan masyarakat agar cerdas dalam mengelola pola konsumsi air mereka.
“Masyarakat harus bijak dalam pengeluaran, jangan sampai pengeluaran untuk air bersih lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan lainnya, seperti rokok. Ini tentu tidak fair dan kontra produktif," kata dia.
Lebih lanjut, YLKI mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PAM Jaya untuk secara progresif memperluas jangkauan layanan air PAM, guna mengurangi ketergantungan terhadap eksploitasi air tanah yang semakin parah di ibu kota.
"Eksploitasi air tanah di Jakarta merupakan fenomena yang merugikan daya dukung lingkungan dan dapat berdampak buruk bagi keberlanjutan pasokan air bersih di masa depan," tuturnya.
Dengan adanya penyesuaian tarif yang tepat dan kebijakan yang memihak pada kelompok yang kurang mampu, diharapkan pelayanan air bersih di Jakarta dapat lebih merata dan berkelanjutan.
Sebelumnya diberitakan, PAM Jaya berencana akan menaikkan tarif air tahun ini.
“Jadi, 1 Januari akan ada penerapan tarif baru. Itu akan ter-billing di awal Maret,” ucap Arief.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menanggapi wacana penyesuaian tarif air PAM Jaya di DKI Jakarta.
- 2 Reservoir Komunal Milik PAM Jaya Beroperasi, Alirkan Air ke 2.367 Keluarga
- Pramono Anung Bagikan 300 Ribu Kartu Air Sehat kepada Warga Kurang Mampu
- Tarif Baru PAM Jaya Tetap Lebih Murah Dibanding Air Jeriken
- Ima Mahdiah Sebut Proyek 100 Persen Air Bersih Jadi Quick Wins Pramono-Rano
- Penantian 40 Tahun Warga Bambu Kuning Berakhir, PAM Jaya Salurkan Air Minum Perpipaan
- DPRD DKI Tak Mempersoalkan Kenaikan Tarif PAM Jaya, Asalkan