Tangkal ISIS, TNI Akan Turun ke Pesantren dan Sekolah
jpnn.com - JAKARTA - Perkembangan kelompok separatis Islamic State Of Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan. Keberadaan kelompok radikal itu sudah terdeteksi di beberapa kota seperti Solo dan Pekanbaru.
Untuk menangkal semakin berkembangnya kelompok terlarang itu, TNI akan mengerahkan anggotanya masuk ke pesantren-pesantren dan sekolah.
Rencana itu di paparkan Panglima TNI Jenderal Moeldoko saat menggelar silaturohmi antara TNI dan Ormas Islam di Mabes TNI Cilangkap kemarin (10/9). Moeldoko menyatakan pihaknya siap membantu negara untuk memerangi kelompok yang dikabarkan sempalan Al-Qaidah itu.
"Kami siap memerangi ISIS di Indonesia. Apalagi kini keberadaan ISIS semakin nyata," jelasnya.
Moeldoko mencatat hingga kini bendera ISIS sudah berkibar di empat kota. Yakni di Solo pada tanggal 11 Juli, Jambi pada tanggal 8 Agustus.
Selain itu di Pekanbaru 31 Agustus dan Aceh Timur tanggal 7 September. Menurut dia, meskipun hanya bendera, tanda-tanda ISIS itu tidak boleh dipandang sepele. "Harus segera disikapi dengan cepat," tuturnya.
Pria asal Kediri itu mengatakan, TNI sudah menyiapkan cara untuk menangkal keberdaan kelompok radikal itu. Caranya dengan menerjunkan anggota TNI ke pesantren-pesantren dan sekolah.
Tidak dalam rangka memata-matai institusi pendidikan itu apalagi menangkap para pengikut ISIS, namun prajurit TNI akan menjadi pengajar. Mereka akan mengajar pemahaman tentang kebangsaan dan membongkar apa sebenarnya paham ISIS yang dianggap terlarang itu.
Menurut dia dengan cara-cara yang membuka wawasan, akan lebih mudah memberikan pengajaran.
Moeldoko mengakui, saat ini semakin banyak anak-anak muda yang tergabung dalam jaringan teroris internasional. Anak muda, kata dia, memang menjadi target utama kelompok itu. Pasalnya anak muda haus akan ilmu. "Sehingga mereka mudah untuk dipengaruhi," ucapnya.
Dia melanjutkan, pihaknya sudah menetapkan sejumlah pesantren dan sekolah. Namun dia tidak ingin membeberkannya. Menurut Moeldoko, pesantren dan sekolah itu hampir menyebar di seluruh Indonesia.
Ketua PP Muhammadiyah, Muhammad Din Syamsuddin mengatakan bahwa ISIS merupakan produk lama dengan merk baru. Organisasi itu merupakan sempalan dari AL-qaidah. Namun, dia mengaku ISIS lebih berbahaya daripada AL-Qaidah. Karena organisasi itu sangat komplit.
Din mengatakan ada 6 komponen mengapa ISIS lebih berbahaya. Yakni yang dijadikan musuh tidak hanya umat agama lain namun umat Islam sendiri. Kedua menyentuh langsung jantung negara seperti ideologi. Selanjutnya ISIS menggunakan senjata modern dalam berperang. Ke empat ISIS ingin mendirikan negara sendiri. Pendanaan kuat dan aktiv di jejaring sosial.
Namun, lanjutnya, ISIS tidak cocok dengan budaya Indonesia. Sebab, di Indonesia Islam mengajarkan toleransi. "Sehingga Islam di Indonesia juga Islam yang moderat. Islam yang toleran," ucapnya.
Senada dengan Din, Ketua PB Nahdlatul Ulama (NU) Said Aqil Siradj menjelaskan bahwa ISIS sangat berbahaya bagi Indonesia. Pasalnya mereka bercita-cita mendirikan negara sendiri.
"Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan untuk mendirikan negara Islam. Nabi hanya mendirikan negara yakni Madinah," ucapnya.
Menurut Said, pemerintah wajib mencurigai banyaknya pesantren-pesantren baru yang bermunculan. Dia mengaku pesantren itu bermunculan di berbagai kota. Bahkan banyak di kota-kota besar seperti Surabaya, Jakarta, dan Makasar.
Namun lembaga itu bukan dari Muhammadiyah maupun NU. "Namun alumnus pesantren itu terlibat dalan kejahatan teroris di Indonesia," ujarnya. (aph)
JAKARTA - Perkembangan kelompok separatis Islamic State Of Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan. Keberadaan kelompok
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- 18 Polisi Terduga Pemeras Penonton DWP Mencoreng Institusi, Kompolnas Minta Polri Tegas
- JAMAN: Masih Ada Celah di Undang-Undang untuk Tidak Naikkan PPN 12 Persen
- Yenny Wahid tak Setuju Wacana MLB NU
- PKB Sentil PDIP soal PPN 12 Persen
- Para Wisatawan di Bangka Barat Diminta Waspada Ombak Besar
- Upaya RS Atma Jaya Lestarikan Budaya Jamu untuk Perkembangan Medis