Tanpa Biaya dan Rekrut Mantan Calo Jadi Sukarelawan
Selasa, 02 Juli 2013 – 06:46 WIB
"Kami memantau betul aktivitas anak-anak. Kalau ada yang tiga hari berturut-turut tidak masuk, kami datangi ke rumahnya. Kami cek kenapa tidak hadir," ujarnya.
Selain mendirikan SMP terbuka, Kusuma Bongas membuka taman bacaan di dua tempat di Kecamatan Bongas. Tujuannya, menumbuhkan minat belajar anak-anak di luar jam sekolah. Sebab, kurangnya minat belajar itu, menurut Kusuma Bongas, menjadi faktor kedua pendukung suburnya trafficking.
Syarifudin menyatakan, dalam sekolah itu, pihaknya juga "mencuci otak" siswa tentang bahaya trafficking yang bisa berdampak pada terjangkitnya penyakit menular. "Kenapa perlu kami lakukan seperti itu" Sebab, sebelumya banyak orang tua di sini yang menganggap anaknya korban trafficking dengan bekerja sebagai pekerja seks bukan sesuatu yang tabu," terangnya.
Pandangan itulah yang menurut Syarifudin menjadi faktor keempat penyebab tingginya korban trafficking di Bongas. Menurut dia, faktor ketiga setelah kurangnya sekolah lanjutan dan minimnya minat belajar ialah rendahnya perekonomian warga.
Kabupaten Indramayu selama ini tidak bisa dipisahkan dari praktik perdagangan orang (human trafficking). Bongas adalah salah satu kecamatan yang
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408