Tanpa Biaya dan Rekrut Mantan Calo Jadi Sukarelawan
Selasa, 02 Juli 2013 – 06:46 WIB
Kebanyakan orang tua di wilayah Bongas bekerja sebagai buruh tani. Nah, meski berpenghasilan rendah, gaya hidup mereka konsumtif. Syarifudin menyatakan, warga di Bongas terkesan saling bersaing. Misalnya, ada tetangga yang membeli motor, tetangga lain berupaya membeli barang serupa, bagaimanapun caranya.
Lantaran tidak memiliki life skill lain selain kemampuan bercocok tanam, ujung-ujungnya, mereka rela menjadikan anaknya sebagai pekerja seks sesuai dengan iming-iming para calo yang bergentayangan. "Akhirnya, punya anak menjadi pekerja seks pun bukan hal tabu lagi. Malah ada yang saling membanggakan anaknya karena dianggap bisa mengangkat perekonomian keluarga," paparnya.
Tidak adanya life skill orang tua itulah yang disebut Syarifudin sebagai faktor kelima tumbuhnya trafficking. Karena itu, selain membekali anak-anak, Kusuma Bongas berupaya memberikan keahlian kepada para orang tua.
Salah satu upaya itu ditelurkan dengan memberikan pelatihan menjahit, sablon, dan sebagainya. Hanya, Syarifudin mengaku masih terkendala pemasaran hasil karya para orang tua itu. "Kami masih berupaya mencarikan jalan keluar bagaimana cara efektif memasarkan hasil karya para orang tua," jelasnya.
Kabupaten Indramayu selama ini tidak bisa dipisahkan dari praktik perdagangan orang (human trafficking). Bongas adalah salah satu kecamatan yang
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408