Tanpa Biaya dan Rekrut Mantan Calo Jadi Sukarelawan

Tanpa Biaya dan Rekrut Mantan Calo Jadi Sukarelawan
DISEGANI: Dari kiri, Sukim, Syarifudin, dan Nono Taryono yang menggagas. Foto: Gunawan Sutanto/Jawa Pos
Pembekalan terhadap bahaya trafficking membuat banyak siswa SMP terbuka dan lulusannya menjadi agent of change bagi kampungnya. Mereka kerap melaporkan adanya indikasi-indikasi trafficking di sekitarnya.

"Misalnya, ada teman mereka yang orang tuanya berupaya didekati calo, mereka melapor ke kami. Bahkan, dari informasi anak-anak itu, kami pernah berhasil menggagalkan pengiriman anak ke Jakarta," ungkap Sukim, anggota Yayasan Kusuma Bongas lain yang bertindak sebagai koordinator lapangan.

Kebanyakan calo segan kepada para koordinator lapangan seperti Sukim maupun Nono Taryono. Sebab, keduanya sebelumnya memang calo. Sukim, misalnya, menjadi calo sejak 1995 sebelum akhirnya berhenti pada 2003.

Selama kurun delapan tahun itu, tiap bulan dia bisa membawa hingga 10 ABG Indramayu ke sejumlah lokalisasi di Indonesia. Dari sekali mengirimkan anak-anak itu, biasanya dia mendapat fee Rp 100 ribu per anak dari mucikari di lokalisasi.

Kabupaten Indramayu selama ini tidak bisa dipisahkan dari praktik perdagangan orang (human trafficking). Bongas adalah salah satu kecamatan yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News