Tanpa Bogang

Oleh: Dahlan Iskan

Tanpa Bogang
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Banyak juga yang main bulu tangkis. Mereka bawa net sendiri –pakai tiang knock down. Ada yang main mirip sepak takraw dengan bola mirip bola bulu tangkis.

Ada pula mainan anak-anak. Trampolin. Gokart listrik. Meriah. Ramai. Pun bukan di akhir pekan.

Jam 7 pagi berisik yang sama masuk kamar lagi. Saya longok ke luar jendela: sudah banyak kelompok senam di sana. Saya turun lagi ke lobi. Menyeberang. Satu jam di situ. Berkeringat. Pun di suhu sejuk 20 derajat.

Di setiap kota Tiongkok seperti itu. Pun ketika akhirnya saya ke kota level dua: Shenzhen. Saya kembali tinggal di Four Point. Dari jendela bisa lihat lapangan bertaman luas. Penuh dengan kelompok pesenam. Dengan berbagai gaya. Saya tinggal turun ke lobi. Menyeberang. Pilih saja gabung yang medium impact.

Jam 21.00 tepat, polisi memasuki lapangan. Pakai mobil golf. Klaksonnya dibunyikan berkali-kali: tanda waktu berolahraga selesai. Besok pagi harus kerja. Semua bubar.

Kecuali satu kelompok kecil. Mereka terus latihan gerakan baru. Tanpa musik. Boleh. Saya pun gabung ke kelompok itu. Ingin bisa gerakan itu. Sulit. Ada gerakan shuffle -nya.

Saya hampir absen olahraga satu hari: harus berangkat pukul 06.00. Dari Meizhou di provinsi Guangdong. Menuju Putian di provinsi Fujian. Setelah acara di Putian harus ke Changzhou. Sehari penuh di jalan tol. Pukul 20.00 baterai hampir habis. Mobil harus isi listrik

Di jalan tol selalu ada tanda: mana saja rest area yang ada charger mobil listriknya. Memang belum di semua rest area. Tapi sangat banyak. Standar. Pasti fast charging: 30 menit bisa penuh lagi.

YANG saya juga bersyukur di bulan Ramadan ini adalah: tidak bogang olahraga. Sport dance. Tiap hari. Di Surabaya. Di Jakarta. Apalagi selama di Tiongkok ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News