Tanpa Jumbo
Oleh: Dahlan Iskan
Itulah yang dikhawatirkan sekarang.
Besok, 1 Juli 2022, Hong Kong genap 25 tahun kembali ke pangkuan ibu pertiwi –Tiongkok. Besok pemimpin baru Hong Kong juga dilantik: John Lee.
Mantan komandan polisi Hong Kong itu memang menjanjikan zaman baru. Saat kampanye Pemilu dulu. Tapi belum konkret rinciannya.
Keunggulan utama Hong Kong, selama ini, adalah: pusat keuangan Asia. Ia juga gabungan ideal antara ''sangat Asia'' dan ''sangat global'': A Local World City.
Orang bisa mendirikan perusahaan di Hong Kong dalam waktu 30 menit. Tanpa harus punya kantor di sana. Budaya wiraswastanya sudah mendarah-mendaging. Juga budaya keuangannya.
Itulah yang dikhawatirkan akan berubah.
Tanda-tanda perubahan itu tidak ada. Sampai tiga tahun lalu. Tiongkok sudah menetapkan konstitusi ''satu negara dua sistem''. Hong Kong dijamin oleh konstitusi untuk punya sistem sendiri –meneruskan sistem lama.
Lalu meledaklah gerakan pro-demokrasi di Hong Kong. Tiga tahun lalu. Awalnya hanya untuk menentang RUU baru –pelaku kriminalitas boleh diekstradisi. Kian hari demo itu kian berkembang ke arah politik: minta Hong Kong merdeka. Tidak terang-terangan begitu, tapi sinyalnya ke sana.