Tantangan Lebih Bagi Warga Indonesia yang Berpuasa di Tengah Panasnya Australia
Ryan Zuhri, warga Indonesia yang bekerja di bidang konstruksi di Australia Selatan mengatakan puasa kali ini lebih menantang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Hari Selasa [awal Ramadan] suhu mencapai 36 atau 34 derajat Celcius dan tidak ada angin," katanya.
"Hampir pingsan saya."
Dengan suhu yang panas, melakukan pekerjaan berat, dan kewajiban puasa, Ryan mengaku ia harus pandai-pandai mengatur waktu istirahat.
"Kalau misalnya sudah agak sempoyongan, ya berhenti dulu, terus mulai lagi, gitu lagi, berhenti lagi," katanya.
"Kalau memang harus full power [tenaga penuh] terus enggak bisa puasa."
Meski musim panas di Australia sudah berakhir, namun sejumlah tempat, seperti di kota Adelaide dan Melbourne, masih mencatat suhu tinggi di siang hari yang bisa naik hingga 20 derajat Celcius di atas suhu rata-rata.
Beberapa titik di pedalaman bahkan memiliki suhu paling rendah setinggi 40 derajat Celcius, sehingga masih ada peringatan kebakaran hutan.
Salah satu warga Indonesia mengaku hampir pingsan di hari pertama puasa di Adelaide, Australia Selatan
- Dunia Hari Ini: Setidaknya 10 ribu orang Tedampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
- Pemilik Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Minta Lebih Diperhatikan
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter