Target Himpun Rp2 Miliar, Termahal Dihargai Rp200 Juta
"Ini pameran tunggal pertama saya. Ambil moment bertepatan dengan hari perkawinan saya," kata Cai Jian Sheng kepada JPNN, Sabtu (21/9).
Menurut Cai Jian Sheng, dirinya pernah mengikuti berbagai event kaligrafi internasional. Seperti di Kota Nara, Jepang, Kota Beijing, China, Singapura, Malaysia hingga ke Chicago, Amerika Serikat. Acara tersebut untuk kegiatan amal.
"Sebagai guru, kita dapat memahami betapa pentingnya pendidikan. Karena, ini yang akan meneruskan keluhuran ilmu pengetahuan, serta mengangkat kemiskinan. Sebab, kalau orang miskin hanya bisa berpikir cari makan, sekolah sulit. Karena itu, saya tetap ingin membantu pendidikan mereka," tambah pria kelahiran Pangkat, Kalimantan Barat, 80 tahun lalu itu.
Meski pameran tunggal ini yang pertama kali, keberanian Cai Jian Sheng menggelar hasil karyanya terbilang agak terlambat. Betapa tidak, di seni kaligrafi Mandarin, nama Cai Jian Sheng sudah diakui sebagai seniman besar di berbagai belahan dunia. Bahkan, Cai Jian Sheng disebut-sebut menjadi seniman tiga besar terbaik seantero jagat ini. Makanya, tak salah kalau para muridnya menyebut sebagai master kaligrafi Mandarin.
Cai Jian Sheng mengakui, berbagai kata-kata, ajaran yang terkandung dalam kaligrafi tersebut merupakan jerih payah guru. "Tidak akan ada ini, kalau tidak ada guru. Saya terus belajar dan menghormati guru. Kita harus selalu menghormati guru kita. Saya ingin berpesan, hargailah guru itu karena membawa ilmu. Prinsip saya, meskipun dia lebih muda, kalau ilmunya baik, hargailah dia dengan berguru kepadanya. Meskipun lebih miskin dari kita, kalau dia punya ilmu, belajarlah kepadanya," ucapnya.
Penasehat Yayasan Bumi Katulistiwa, Setienven Lunardy mengatakan dari pameran kaligrafi ini diharapkan terkumpul dana sebesar Rp2 miliar. "Yayasan Bumi Katulistiwa ini sudah berjalan 9 tahun, dengan jumlah siswa dan mahasiswa yang dibantu berjumlah 4 ribu orang. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga diberangkatkan ke luar negeri untuk menimba ilmu di sana. 400 di antaranya sudah bekerja dan mengabdi di masyarakat," jelas Setienven yang menjadi ketua panitia pameran kaligrafi itu.
Disebutkan, kaligrafi yang dipajang dipatok harga Rp5 juta hingga Rp200 juta. Seluruh hasil penjualan kaligrafi karya Cai Jian Sheng akan didonasikan untuk siswa kurang mampu dan siswa berprestasi binaan Yayasan Bumi Katulistiwa. "100 persen disumbangkan beliau. Karena yayasan kami tidak memandang suku, agama dan lainnya. Kami cari siswa tidak mampu, mau sekolah akan kami bantu. Dengan harapan mereka melanjutkan sekolah dan nantinya bisa berpartisipasi dan berguna bagi bangsa dan Negara kita," jelas Setienven Lunardy.
Sementara itu, yang tak kalah menarik saat Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya menyampaikan sambutan. Meskipun memiliki orang tua yang dikenal sebagai penggiat pengajar bahasa Mandarin, orang nomor dua di Pemprov Kalbar itu mengaku tidak pandai berbahasa Mandarin. "Mohon maaf, kalau saya berbahasa Mandarin, takutnya hadirin di sini malah gak mengerti ucapan saya. Jujur saja, saya tidak pandai berbahasa Mandarin. Saat mendengarkan sambutan tadi, saya tidak menangkap bahkan tidak sampai sepuluh persennya. Jadi saya pakai bahasa Indonesia saja," kata Christiandy.
BANYAK cara untuk menunjukkan kebesaran cinta kepada sang istri. Ada yang memilih memberi hadiah berupa kejutan kecil hingga barang-barang mewah.
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara