Tarsan Kota

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Tarsan Kota
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Masyarakat tradisional juga mempunyai pola hubungan keluarga yang berbeda dengan masyarakat modern. Dalam pengamatan Jared Diamond pada 1960-an jumlah penduduk Papua masih sangat jarang, dan kebiasaan mereka hidup nomaden berpindah-pindah tempat membuat mereka menjaga jangan sampai anggota keluarga mereka meningkat dengan tajam, supaya tidak menyulitkan upaya untuk memberi makan.

Dalam masyarakat tradisional dikenal istilah infantisida atau pembunuhan terhadap bayi. Hal ini terjadi melalui dua mekanisme, pembunuhan bayi dilakukan secara selektif, dan pembunuhan alamiah yang terjadi karena penyakit dan kondisi alam. Di alam tradisional yang serbaterbatas, tingkat kematian bayi selalu tinggi.

Hal ini menjadi mekanisme alam untuk menyeleksi jumlah anggota keluarga atau anggota suku supaya tidak terlalu besar.

Masyarakat tradisional juga melakukan kontrol terhadap anggota suku yang sudah tua dan uzur. Dalam pengamatan Jared Diamond, ada suku yang melakukan eliminasi dengan keras terhadap orang-orang tua dan uzur.

Biasanya, ketika suatu suku melakukan perpindahan lokasi untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik, mereka akan menghitung berapa banyak rombongan yang bisa dibawa.

Orang-orang tua yang sudah uzur biasanya ditinggal karena dianggap tidak akan mampu berjalan mengikuti rombongan. Orang-orang tua ini diberi bekal secukupnya, tetapi umumnya orang tua menyadari bahwa ia hanya akan bisa bertahan beberapa hari saja.

Orang-orang tua ini tidak akan bisa mencari makanan sendiri dan tidak akan bisa mempertahankan diri dari serangan binatang buas. Mekanisme ini sama dengan eutanasia yang sekarang diterapkan oleh orang modern.

Salah satu nilai tradisional yang luhur yang diamati oleh Jared Diamond adalah bahasa. Saat ini ada sekitar 7.000 bahasa tradisional yang dipakai oleh suku-suku di pedalaman Asia sampai Afrika.

Jared Diamond menceritakan kisah Tarsan Kota versi Papua. Kali ini si Tarsan adalah seorang gadis bernama Sabine Kuegler

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News