Tas Bermerek Tiruan Makin Marak di Jakarta, Kolektor Asli Mengaku Prihatin

Tas Bermerek Tiruan Makin Marak di Jakarta, Kolektor Asli Mengaku Prihatin
Uci Flowdea, seorang kolektor tas Hermès, mampu mendeteksi tas-tas tiruan yang semakin banyak dijual saat ini. (ABC News: Mitch Woolnough)

Barang-barang bermerek tiruan, seperti tas, semakin canggih. Perbedaannya dengan yang asli sudah tidak bisa lagi terlihat secara kasat mata sampai mendapat julukan superfake.

Mungkin Anda kelihatannya menenteng tas Hermès edisi Kelly seharga AU$100.000.

Tapi entah itu asli atau bukan, cuma Anda yang tahu.

Yang pasti industri superfake ini memicu perdebatan soal etika pemalsuan barang mewah. Juga jadi ada pertanyaan, apa yang sebenarnya kita bayar dengan puluhan hingga ratusan juta rupiah untuk sebuah produk kulit?

Di tengah perdebatan tentang gaya hidup mewah para pajabat di Indonesia, mereka yang pernah disorot media mengaku kalau tas mereka adalah barang palsu yang di Mangga Dua Jakarta.

"Orang-orang di sini menyebut tas superfake," kata Uci Flowdea, seorang pengusaha yang mengoleksi tas tangan Hermès asli.

"Barangnya sangat mirip, sehingga mereka yang tidak terlatih tidak akan pernah tahu bedanya," jelasnya kepada ABC News.

Superfake tidak berarti super murah

Barang superfake biasanya masih handmade juga, menggunakan bahan yang juga mahal dan sulit dibedakan dari barang aslinya.

Barang-barang bermerek tiruan, seperti tas, semakin canggih. Perbedaannya dengan yang asli sudah tidak bisa lagi terlihat secara kasat mata

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News