Tas Bermerek Tiruan Makin Marak di Jakarta, Kolektor Asli Mengaku Prihatin

Tas Bermerek Tiruan Makin Marak di Jakarta, Kolektor Asli Mengaku Prihatin
Uci Flowdea, seorang kolektor tas Hermès, mampu mendeteksi tas-tas tiruan yang semakin banyak dijual saat ini. (ABC News: Mitch Woolnough)

Gaya hidup pejabat

Selama beberapa bulan terakhir, sejumlah pejabat Indonesia atau anggota keluarganya disoroti karena memamerkan barang-barang mewah di jejaring sosial, memicu protes luas di masyarakat.

Pada bulan Maret, istri seorang sekretaris daerah salah satu provinsi dituduh memamerkan tas mewah di akun Instagram-nya, namun suaminya mengklaim barang itu palsu dan dibeli di Mangga Dua.

Seorang pejabat di Jakarta juga menjadi sorotan karena barang mewah yang dipamerkan istrinya, namun dia pun menyatakan barang-barang istrinya itu cuma tiruan.

"Pendapatan tahunan rata-rata orang Indonesia adalah sekitar Rp70 juta per tahun, jadi memiliki barang-barang mewah itu sangat sulit," ujar ekonom Andry Satrio Nugroho, dari Institute for Development of Economics and Finance.

"Orang ingin menunjukkan status sosialnya dengan menggunakan barang tiruan," katanya.

Diproduksi di Tiongkok

Meski permintaan barang mewah meningkat di Asia Tenggara, produksinya sebagian besar masih dilakukan di Tiongkok.

"80 hingga 90 persen barang palsu berasal dari Tiongkok dan Hong Kong," jelas Brigjen Polisi Anom Wibowo, Direktur Penyidikan dan Penyelesaian Sengketa pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Gencarnya penggerebekan barang palsu di Tiongkok sudah mengurangi penjualan barang-barang ilegal ini secara langsung.

Barang-barang bermerek tiruan, seperti tas, semakin canggih. Perbedaannya dengan yang asli sudah tidak bisa lagi terlihat secara kasat mata

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News