Tasawuf Gaya Dahlan Iskan

Tasawuf Gaya Dahlan Iskan
Tasawuf Gaya Dahlan Iskan
Untuk mendapatkan prestasi besar tersebut, Dahlan Iskan mencoba memaknai tasawuf sebagai berikut: Pertama, ikhlas. Dahlan Iskan mencoba sekuat tenaga mengamalkan ikhlas dalam menghadapi segala problem hidup. Latar belakang yang ditempa dengan kemiskinan dan didikan orang tua yang agamis ternyata juga melahirkan sikap “nrimo” (menerima) suatu kematian pada saat karir sedang menanjak.

Sikap menerima keputusan Allah terekam dengan jelas ketika “peredaran darah” dan “emosinya” normal pada saat akan menjalani transplantasi liver. Hati adalah sentral kehidupan. Kegagalan transplantasi adalah kematian (sebagaimana yang dialami oleh Cak Nur yang menimbulkan efek perubahan warna hitam pada kulitnya).

Sikap tegas menerima “ganti hati” adalah perwujudan puncak “kepasrahan”, yang pada dirinya sudah tidak memikirkan kekayaan, dan karir yang ada pada dirinya. Kedua, disiplin. Bagi Dahlan Iskan waktu adalah ibadah. Karenanya digunakan sebaik-baiknya untuk beribadah dalam berbagai bentuk seperti bisnis, belajar dan menulis.

Sesibuk apapun tulisan Dahlan Iskan selalu tampil di Koran Grup Jawa Pos. Tentu kalau saya membaca tulisannya, akan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa Dahlan Iskan “disiplin dan tidak mau ambil pusing” ( mengingatkan saya pada Daisaku Ikeda, penulis artikel “manusia baru” yang jumlahnya lebih dari 5.700 seri).

SAYA mencoba melihat sisi tasawuf Dahlan Iskan yang kebetulan sama-sama alumni Pesantren- dan sama-sama dari Pesantren yang menganut tarikat muktabarah,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News