Tegar Ikuti UN, Meski Lumpuh dan Diinfus

Tegar Ikuti UN, Meski Lumpuh dan Diinfus
IKUTI UN: Dua guru mengawasi Bayu Rifandi (12), peserta UN yang mengalami kelumpuhan usai menjalani operasi. Foto: Sopian/Sumut Pos/JPNN
“Saya ingin sekolah seperti teman-teman hingga ke tingkat lebih atas, walaupun kondisi saya sakit sekarang ini,” tutur Bayu. Orangtua dan keluarga Bayu pun mendukung semangat belajar putranya itu.

Selama enam tahun sekolah, untuk pergi ke sekolah Bayu selalu digendong ibunya. Kadang pamannya turut mengantarkan ke sekolah yang berjarak 1 kilometer dari rumah Bayu.

Tiba di sekolah, Bayu mengaku hanya dapat duduk di dalam ruang kelas. Memasuki waktu istirahat, Bayu tidak dapat ke luar seperti murid-murid lainnya. Bayu hanya bisa di dalam ruangan kelasnya, walaupun begitu murid-murid lainnya ada juga yang menemaninya di dalam kelas.

“Setelah bel sekolah berbunyi, saya kembali dijemput ibu di ruang kelas, saya digendongnya untuk pulang ke rumah, sampai di rumah rumah saya hanya duduk sambil menonton televisi dengan jarum infus terus terpasang. Cita-cita saya ingin menjadi orang yang berguna serta bisa membantu kedua orangtua yang telah banyak menghabiskan uang untuk pengobatan penyembuhan penyakit saya,” tutur Bayu.

DELAPAN  tahun mengalami kelumpuhan usai menjalani operasi bedah di Klinik  dr Ferdinan di Kota Tebingtinggi, Sumut, tidak menyurutkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News