Teka-Teki Koalisi Capres dan Cawapres
Wajar kemudian political game theory dijalankan, politik saling kunci mengunci parpol kaolisi, sehingga tidak ada ruang komunikasi dan lobi tingkat tinggi elite sentral partai. Ketika paket capres dan cawapres sudah diumumkan ke publik menjelang H-1 penutupan pendaftaran capres cawapres, maka otomaticly mau tidak mau, suka tidak suka parpol yang tergabung dalam koalisi mesti menerima paket capres dan cawapres tersebut.
Kalau kita telaah dan pelajari lebih dalam, pola emberio terbentuknya koalisi biasanya ada dua role model, pertama membentuk koalisi dulu lalu kemudian mencari sosok figur capres dan cawapresnya.
Pola kedua adalah, mencari figur dan sosok baru kemudian merangkul parpol koalisi untuk bergabung membangun poros. Dalam pengalaman peta politik koalisi selama ini, mencari figur dulu, baru membentuk poros koalisi.
Sekali lagi, ibarat main sepak bola piala dunia, timing sangat menentukan, bermain di-injure time/last minute dengan menunggu bola umpan lambung dimenit menit terakhir bisa mengubah peta konstelasi politik, begitu juga dalam pilpres. Kita tunggu kejutan tersebut!
Seandainya Jokowi memainkan strategi politik bumi hangus maka ada potensi Jokowi gandeng Mahfud MD dan Ma'ruf Amin, tidak mengambil cawapres dari tokoh parpol.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Mahyeldi Diinginkan Lagi Jadi Gubernur Sumbar versi Survei Voxpol
- Deddy Sitorus Bicara Soal Perubahan Sikap Jokowi Setelah Pilpres 2019, Jleb Banget!
- Suara PKS Tak Meningkat Drastis Setelah 10 Tahun jadi Oposisi, Begini Analisis Pengamat
- Perihal Ambang Batas Parlemen: Suara Rakyat Terbuang Sia-Sia
- Prabowo Pernah Ucapkan 'Ndasmu' untuk Klaim Presiden Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi
- Debat Perdana Capres, Anies Didukung Ayah Korban Tewas Kerusuhan Pilpres 2019