TEKAD: Visi Menuju Green Economy

Oleh Yucundianus Lepa, Tenaga Ahli Kelembagaan TEKAD NMC

TEKAD: Visi Menuju Green Economy
Tenaga Ahli Kelembagaan TEKAD NMC, Yucundianus Lepa. Foto: Dokumentasi pribadi

Pertama, akses yang dimiliki masyarakat di wilayah pedesaan terhadap kekayaan diversifikasi pangan yang menjadi sumber kekayaan di lingkungannya masih rendah.

Kedua, keterampilan pengelolaan yang memenuhi aspek higienis, peningkatan citra, citarasa, serta keterampilan pengelolaan dan penyajian, belum mampu menarik minat konsumen. 

Pemberdayaan mmasyarakat yang bertumpuh pada potensi local akan mempercepat proses transformasi ekonomi. Dalam konteks ini, proses pendampingan, peran serta kelembagaan ekonomi di desa, kemudahan akses terhadap keuangan, akan membuka jalan bagi percepatan proses trnsformasi.

Implikasi Program

Karena pangan dan konsumsi berhubungan dengan pengelolaan maka TEKAD melalui program berbasis rumah tangga akan menjangkau kelompok perempuan sebagai penerima manfaat bahkan perempuan menjadi elemen kunci. Mengapa perempuan? Ini menjadi salah satu pertanyaan pokok yang perlu ditelaah.

Perempuan dalam konteks pangan, tidak hanya mengait kepada equality (kesederajatan) tetapi justify (pengakuan peran social). Perempuan adalah elemen penting dalam upaya peningkatan gizi keluarga dan kesehatan.

Pada sisi lain, perempuan adalah juga pelaku ekonomi. Akses perempuan terhadap pangan local dengan berbagai diversifikasinya, membuka ruang partisipasi yang lebih besar bagi perempuan untuk mengembangkan pola konsumsi keluarga demi peningkatan gizi dan juga secara ekonomi mengeliminasi kemiskinan dalam skala local.

Dari Program TEKAD diharapkan terjadi peningkatan penghasilan sekitar 412.300 rumah tangga, dan memberi manfaat untuk 11.855.350 orang di 500 Desa INTI, 1.220 Desa KLASTER di 25 kabupaten, di 5 provinsi wilayah Indonesia Timur, yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur. Desa-desa INTI pada nantinya harus didesain sedemikian rupa, agar mudah di replikasi oleh desa klaster.

Visi pembangunan ekonomi hijau atau green economy dalam kerangka perwujudan Sustaiable Development Goals (SDGs) tidak menempatkan program pertanian yang dimotori korporasi sebagai entry point peningkatan kesejahteraan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News