Teken MoU, BKKBN dan Otorita IKN Siap Jadi Contoh Tidak Melahirkan Stunting Baru

Sekitar 80 persen yang menikah hamil di tahun pertama. “Sebagian besar orang Indonesia menikah tujuannya prokreasi, semua ingin punya anak. Berbeda dengan negara maju, ada yang untuk rekreasi, ada juga yang menikah tujuannya security, hanya untuk mendapatkan perlindungan karena ada suami,” ujar dokter Hasto.
Dokter Hasto mengatakan penting untuk setiap calon pengantin agar diskrining sebelum menikah, wajib diperiksa status kesehatannya.
Dengan demikian, profil kesehatan di wilayah IKN bisa direkayasa.
“Dalam arti rekayasa positif, by design, bisa kita siapkan. Dengan catatan ada aturan yang ketat, mau nikah harus periksa dan menunjukan sertifikat kalau sudah diperiksa,” katanya.
Ikhwal bonus demografi, Indonesia sebetulnya telah melewati puncaknya pada 2020 dengan dependency ratio 44 untuk nasional.
Setiap 100 orang hanya menanggung 44 orang yang tidak bekerja. Kondisi ini berbeda dengan Kalimantan Timur.
Jumlah angkatan kerjanya jauh lebih banyak. "Dependency rationya lebih rendah dari provinsi lain," ujar dokter Hasto.
Namun, dirinya juga mengingatkan kemungkinan bonus demografi semu karena banyak pendatang usia kerja ke Kalimantan Timur.
Kepala BKKBN dokter Hasto Wardoyo menyebut IKN Nusantara dapat menjadi percontohan untuk tidak melahirkan stunting baru.
- Si Melon PIK2 Bantu Warga Teluknaga Melawan Stunting
- Sido Muncul Berikan Bantuan Rp 425 Juta untuk Anak Terduga Stunting di Jonggol
- Dinsos P3AP2KB Kabupaten Kudus Andalkan DMS Cazbox by Metranet untuk Atasi Stunting
- Zakat dan Harapan bagi Generasi Bebas Stunting
- Program MBG di Bogor Dimulai, Upaya Baru Tekan Stunting
- Lewat Cara ini BRI Life Turut Berkontribusi Percepatan Pengentasan Stunting di Marunda