Teknik Memancing

Oleh Dahlan Iskan

Teknik Memancing
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Dalam situasi yang centang perenang, komunikasi yang clear, jernih, dan jelas dari pemilik otoritas sama pentingnya dengan kebijakan dan langkah-langkah konkret itu sendiri.     

Apakah Anda tidak takut akan tekanan yang akan datang?

Biar bagaimanapun, Mata Najwa masih menggunakan frekuensi publik (walau tayangan kursi kosong kemarin tidak memakai frekuensi TV, free to air lho ya), sehingga wajar jika ada yang mengkritik. Tidak apa-apa.

Saya tidak tersinggung jika ada yang mengkritik kinerja saya sebagai jurnalis dan presenter sebuah program talkshow yang banyak membahas isu-isu publik. Barang siapa yang membahas dan membicarakan isu publik, ia mesti siap diperdebatkan argumentasi dan pilihan-pilihannya.

Kalau pun ada tekanan, yang sekarang bukan hal baru, karena Mata Najwa bukan kali ini saja fokus pada satu isu dan menekankannya secara berkali-kali. Soal PSSI, Setya Novanto, pengistimewaan koruptor, hingga pelemahan KPK, misalnya, Mata Najwa juga sangat jelas posisi dan fokusnya.

Tekanan karena tayangan kursi kosong kemarin masih dalam batas wajar. Ada yang mendukung dan ada yang keberatan, dan ada yang menyampaikan secara langsung. Masih dalam batas kewajaran. Masih bagian dari percakapan menyangkut topik-topik kepublikan. Diskusinya masih cukup sehat, saya kira.

Bahkan saya membaca beberapa kritik (baik positif maupun negatif) dari komunitas akademik ilmu komunikasi. Saya senang ini membuka ruang diskusi tentang jurnalisme.

Jurnalisme memang perlu terus didiskusikan. Dunia terus berubah, teknologi berkembang sangat cepat, sehingga pendekatan-pendekatan baru perlu dibuka kemungkinannya agar jurnalisme terus relevan karena ia penting dalam demokrasi.    

Saya kenal Najwa. Dengan gaya khas memotongnya itu. Tentu juga saya kenal dr Terawan. Begitulah orangnya. Kerja dalam senyap.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News