Teknologi Makin Pesat, Intelijen Harus Adaptasi dengan Cepat
“Artinya, pada tahun-tahun mendatang, dunia sudah dalam genggaman digital. Siapa yang menguasai digital berarti menguasai dunia,” tambah Ngasiman.
Menurut Ngasiman, situasi itu membuat intelijen menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan Indonesia.
Dia menjelaskan, intelijen harus mampu memahami bentuk ancaman kejahatan berskala lokal maupun global.
Menurut dia, peperangan yang dulunya identik dengan senjata, peluru, pembunuhan, dan pengeboman, telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi.
“Kita bayangkan, kelompok teroris, perbankan hingga profiling terhadap orang dan perusahaan, melakukan aksinya dengan dukungan digital. Tak hanya itu, penyebaran informasi hoaks bernada SARA yang dapat memecah persatuan bangsa sekarang juga berlangsung melalui perangkat digital,” tegas Ngasiman.
Ngasiman mencatat, sepanjang 2017 lalu, ada 205.502.159 serangan siber yang menyerbu pertahanan digital Indonesia.
Serangan itu mulai hoaks, peretasan terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU), peretasan website pemerintah dan BUMN, hingga serangan ransomware yang secara langsung meminta tebusan kepada masyarakat. (jos/jpnn)
Kemajuan teknologi yang sangat pesat menuntut intelijen beradaptasi dengan perkembangan digital.
Redaktur & Reporter : Ragil
- 5 Langkah Utama untuk Capai Emisi Net Zero di Sektor Tenaga Listrik
- ASABRI Gandeng FHCI Perkuat Kapasitas Human Capital Lewat Teknologi
- Menkomdigi Ajak Seluruh Elemen Bangsa Promosikan Bhinneka Tunggal Ika ke Dunia
- Makin Mudah Bangun Loyalitas Pelanggan dengan OCA
- PrismaLink & UNDIRA Kolaborasi Mempermudah Akses Pembayaran Mahasiswa
- McEasy Luncurkan Pengelolaan Suku Cadang Berbasis Teknologi IoT