Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) 'Pawang Hujan' Andalan BPPT

Semai Awan dengan Garam secara Simultan

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) 'Pawang Hujan' Andalan BPPT
Petugas tengah memasukkan garam ke dalam pesawat Hercules di Bandara Halim Perdanakusumah, Sabtu (26/1). Foto: JPPhoto
Menjelang akhir dekade 1990-an, tim BPPT mulai mengkaji kemungkinan penerapan TMC untuk mengatur curah hujan kala musim penghujan. Penelitian pun dilakukan di Semarang. Cara kerja TMC cukup sederhana. Yakni, menyemai awan dengan menggunakan garam yang disebar dari pesawat terbang.

Butiran-butiran garam superhalus berukuran 20-30 mikron disemai ke dua jenis awan. Yakni, awan yang masih tipis dan awan yang mulai menggumpal. Saat garam disemai ke awan yang baru tumbuh, bahan itu akan menyerap uap air dan membentuk butir-butir halus yang berlaku sebagai pesaing bagi butir-butir awan yang ada. Hal itu disebut mekanisme komposisi.

Sedangkan, pada awan yang telanjur tebal, garam berfungsi menyerap uap air agar segera turun menjadi hujan sebelum ketebalannya bertambah. Hal itu dilakukan saat awan mulai tampak hendak masuk ke wilayah Jakarta.

Hasilnya, hujan di luar Jakarta, namun dalam curah yang tidak potensial banjir. "Dosisnya 100-200 kilogram NaCL untuk satu gumpalan awan," terang Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Florentinus Heru Widodo.

Hujan buatan lazimnya digunakan untuk mengatasi kekeringan atau kebakaran hutan selama musim kemarau. Namun, metode tersebut kini justru diterapkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News