Teknologi Realitas Maya Ajarkan Difabel Hidup Mandiri
Dalam balutan jaket denim dan kaosnya yang dicetak, Bede Gow memiliki sifat tenang dan dewasa dari seorang pemuda yang siap memulai hidup mandiri.
Namun pria berusia 18 tahun ini tidak pernah bepergian sendirian dengan menggunakan kereta api.
Menavigasi transportasi umum dapat menjadi hal yang menakutkan bagi orang-orang penyandang keterbatasan mental, tetapi tak lama lagi Bede Gow akan mampu mengatasi tantangan perjalanan dengan kereta api tanpa harus melangkah kakinya di stasiun.
Photo: Aiga Tufuga (kiri) dan Bede Gow diantara partisipan dalam program realitas maya (VR). (ABC Radio Brisbane: Hailey Renault)
Dia adalah bagian dari program Yayasan Endeavour yang menggunakan teknologi realitas maya (VR) untuk membantu penyandang disabilitas berlatih berada dalam situasi kehidupan nyata.
Melalui manager operasi dukungan dan percobaan dari proyek ini Andrew Chant mengatakan program ini telah melatih 20 orang cara menggunakan teknologi ini.
Dia mengatakan tidak asing bagi kliennya untuk dibingungkan oleh hal-hal sederhana, seperti menyerahkan uang atau menaiki transportasi umum.
"Beberapa orang mungkin memiliki masalah seputar kecemasan sosial atau mereka mungkin tidak merasa nyaman dengan baik di masyarakat dengan banyak kerumunan orang di sekitar," kata Andrew Chant.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat