Telat Jatah

Oleh: Dahlan Iskan

Telat Jatah
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Kemarin saya mengalami kesulitan menjawab pertanyaan ini: kapan NU dan Muhammadiyah mendapatkan tambang batu bara yang dijanjikan untuk mereka.

Soal itu muncul di antara banyak pertanyaan di Pondok Miftahul Huda, Kroya. Ini pondok tua. NU di Cilacap didirikan oleh kiai pendiri pondok ini: KH Minhajul Adzkiya. Tahun 1936. Kini pondok dipimpin putra beliau, Su’ada Adzkiya, 82 tahun.

Telat JatahBersama pengurus dan santri di Pondok Miftahul Huda, Kroya.--

Baca Juga:

Miftahul Huda tidak bisa disebut pondok pesantren. Tidak ada pesantren di situ. Sejak didirikan kiai di situ sengaja tidak mau punya pesantren. Yang didirikan justru sekolah dasar (SD), SMP, SMA, dan belakangan SMK.

Para pengasuh pondok di Miftahul Huda seperti tahu masa depan Indonesia: di tahun 2000-an kelak melahirkan terlalu banyak sarjana agama. Sedikit sarjana teknik, science, dan akuntansi. Padahal, itulah modal utama untuk membangun negara maju.

Anda masih ingat: awalnya hanya NU yang antusias mendapatkan "jatah" tambang batu bara. Presiden Jokowi sendiri yang tak terhitung banyaknya mengatakan soal jatah tambang itu.

Baca Juga:

Lokasinya pun sudah pasti. Di Kaltim. Di area yang dulunya milik perusahaan tambang yang terlalu luas.

Muhammadiyah awalnya seperti menolak jatah seperti itu. Belakangan mau juga. Entah mau sungguhan atau itu hanya cara untuk tidak terkesan menentang presiden.

Saya mengalami kesulitan menjawab pertanyaan ini: kapan NU dan Muhammadiyah mendapatkan tambang batu bara yang dijanjikan Jokowi untuk mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News