Teliti Kotoran, Tubuh Manusia Jadi Makanan Selingan

Teliti Kotoran, Tubuh Manusia Jadi Makanan Selingan
Prof Putra Sastrawan. Foto: Jawapos
Puluhan tahun menggeluti komodo bukan tanpa cobaan. Putra beberapa kali harus berhadapan dengan koleganya dari luar negeri yang ingin membeli bayi-bayi komodo. Para pembeli bayi komodo itu umumnya datang dari kalangan pemilik kebun binatang "swasta". Yakni, mereka yang memiliki koleksi reptil yang ditempatkan di lahan luas milik pribadi. Putra dengan tegas menolak. Sebab, itu merupakan pelanggaran hukum serius.

Mantan pembantu rektor Universitas Udayana tersebut menuturkan, kondisi komodo di Pulau Komodo dan sekitarnya cukup sehat. Mereka mendapat lingkungan yang ideal bagi pertumbuhannya. Yakni, cuaca yang panas, gersang, dan hewan-hewan calon mangsa yang harus mereka kejar. Tapi, kata Putra, kondisi itu sangat kontras dengan komodo yang berada di kebun binatang, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Biasanya komodo di kebun binatang tidak mendapat habitat yang pas. Mereka juga terlalu dimanja dengan menu makanan yang banyak. Akibatnya, banyak komodo yang mengalami obesitas. Tubuhnya gendut dan tak banyak bergerak. Komodo-komodo gembul itu bahkan susah mengangkat tubuhnya.

Seperti yang dilihat Putra di kebun binatang Cincinnati, Negara Bagian Ohio, Amerika Serikat. Komodo malah ditempatkan di dalam kandang dengan tanaman dan rumput yang cukup tinggi. Padahal, komodo seharusnya ditempatkan di tanah pasir dan berbatu.

BERKAT ketekunannya mengurusi komodo, Prof Putra Sastrawan sangat dikenal di luar negeri. Dia banyak menjadi konsultan kebun binatang yang merawat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News