Telur dan Daging Ayam Picu Inflasi Bulan Juli
Dia mengungkapkan, kenaikan harga ayam dan telur disebabkan mahalnya pakan ternak.
Komposisi pakan ternak hingga 30 persen diperoleh dari impor, yakni gandum, kedelai, dan jagung.
’’Saat rupiah melemah Rp 1.100 per USD (Rp 13.300 ke Rp 14.400) sejak Januari–Juli, langsung ditransmisikan ke tekanan biaya produksi ayam,’’ kata Bhima.
Tekanan inflasi lainnya bersumber dari kenaikan harga BBM nonsubsidi seiring harga minyak mentah di posisi USD 70 per barel.
Harga tiket transportasi udara juga terbilang masih tinggi meskipun momen Lebaran sudah selesai.
Kenaikan tiket pesawat dipengaruhi mahalnya bahan bakar avtur serta kenaikan biaya suku cadang impor.
Bhima pun menekankan bahwa inflasi pada semester kedua masih berpeluang meningkat.
Hal tersebut bisa berdampak pada target inflasi tahun ini yang melenceng dari perkiraan, yakni bisa 3,7 persen atau berada di atas target APBN 3,5 persen.
Harga telur yang sempat menembus Rp 30 ribu dalam dua pekan terakhir berpotensi memicu inflasi pada Juli ini.
- Menko Pangan Akui Harga Telur Meroket Jelang Nataru
- PPN 12 Persen Berpotensi Picu Inflasi Serius
- Pasar Keuangan Global Makin Tak Pasti, Negara Berkembang Perlu Waspada
- Presiden Prabowo Apresiasi Upaya Pengendalian Inflasi Daerah di Rakor Kemendagri
- Prabowo Yakin Swasembada Pangan Kunci Pengendalian Inflasi
- Mendagri Tito Sebut Inflasi 1,55 Persen di November Terendah Sejak Indonesia Merdeka