Telur Paskah Jadi Simbol Perlawanan Rakyat terhadap Militer Myanmar

Telur Paskah Jadi Simbol Perlawanan Rakyat terhadap Militer Myanmar
Warga Rohingya di Myanmar. Foto: Picture Alliance/DPA/M Alam

"Saya tidak melakukan apa pun yang buruk atau jahat. Saya berdiri di sisi kebenaran. Saya mengikuti jalan yang saya yakini. Antara baik dan jahat, saya memilih yang baik," katanya melalui telepon dari lokasi yang dirahasiakan.

"Jika saya dihukum karena itu, hati nurani saya bersih. Keyakinan saya tidak akan berubah. Semua orang tahu yang sebenarnya."

Militer memerintah bekas koloni Inggris itu dengan tangan besi setelah merebut kekuasaan dalam kudeta 1962 hingga mulai menarik diri dari politik sipil satu dekade lalu, membebaskan Suu Kyi dari tahanan rumah selama bertahun-tahun dan memungkinkan pemilihan yang dimenangkan partai Suu Kyi pada tahun 2015.

Banyak orang di Myanmar, terutama orang-orang muda yang telah dewasa selama dekade terakhir dalam keterbukaan sosial dan ekonomi, tidak dapat menerima kembalinya pemerintahan oleh para jenderal.

Suu Kyi berada dalam tahanan menghadapi dakwaan yang bisa membawa hukuman 14 tahun penjara. Pengacaranya mengatakan tuduhan itu dibuat-buat.

Kudeta itu juga memicu bentrokan dengan kekuatan etnis minoritas yang mencari otonomi yang telah mengumumkan dukungan untuk gerakan pro demokrasi.

Serikat Nasional Karen, yang menandatangani gencatan senjata pada 2012, menerima serangan udara militer pertama terhadap pasukannya dalam lebih dari 20 tahun.

Serikat Nasional Karen harus berjuang untuk mempertahankan diri dari serangan pemerintah.

Para penentang kekuasaan militer Myanmar melancarkan kampanye pembangkangan sipil dengan memanfaatkan telur paskah

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News