Teman bagi Mereka yang Kehilangan dalam Tragedi AirAsia QZ8501

Teman bagi Mereka yang Kehilangan dalam Tragedi AirAsia QZ8501
Teman bagi Mereka yang Kehilangan dalam Tragedi AirAsia QZ8501

jpnn.com - DUKA keluarga korban pesawat AirAsia QZ 8501 yang jatuh di Selat Karimata menjadi perhatian utama tim layanan psikologi di Crisis Centre Bandara Juanda dan Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim. Mereka yang berasal dari Himpunan Psikologi Se-Indonesia (Himpsi) itu tidak kenal lelah mendekati, berdialog, dan pada akhirnya melakukan pendampingan kepada semua keluarga korban yang membutuhkan.

Koordinator relawan layanan psikologi korban AirAsia Margaretha mengungkapkan, kondisi psikologis keluarga korban belum stabil. Saat ini mereka mengalami masa duka. Ada yang bisa menerima, tapi banyak juga yang masih berharap keluarganya selamat. Karena itu, ketenangan jiwanya naik turun. "Tim kami mendampingi mereka agar tetap stabil," ungkapnya di crisis centre kemarin (1/1).

Margaretha memerinci, ada tiga tahap yang diterapkan, yakni restabilisasi, rekonstruksi, dan reintegrasi. Restabilisasi merupakan cara keluarga korban mengelola emosi mereka. Mereka tidak boleh sampai berteriak-teriak, menangis, atau lepas kontrol hingga pingsan. 

Selanjutnya rekonstruksi. Tim membantu keluarga korban mampu menghadapi kenyataan. Dengan demikian, mereka tidak shock dan bisa mengontrol emosinya. "Kami sedang berada di tahap restabilisasi dan rekonstruksi," jelas Retha, sapaan akrabnya.

Setelah dua tahap itu terlewati, baru nanti masuk reintegrasi. Yakni, upaya mengembalikan psikologis keluarga korban kembali seperti semula. "Ukurannya, mereka bisa kembali hidup bersosialisasi dengan masyarakat setelah mengalami musibah," sebutnya. 

Retha menegaskan, tim yang terhimpun dari puluhan psikolog se-Indonesia itu bekerja sejak Minggu (28/12). Mereka memberikan pendampingan secara perlahan. Pendampingan bersikap persuasif. Tidak secara konvensional seperti dokter mengobati penyakit pasien. "Kami harus perlahan agar mereka bisa menerima pendampingan dan masukan," ucapnya. 

Tidak semua orang mau didampingi psikolog. Karena itu, timnya bergerak perlahan jemput bola di ruang crisis centre. "Bila diperlukan, baru keluarga tersebut dibawa ke ruang berbeda untuk menerima pendampingan lebih lanjut," imbuh dia. 

Setiap manusia pasti mengalami masa kehilangan. Misalnya, yang terjadi pada keluarga korban saat ini. Mereka membutuhkan dikuatkan secara moral. (riq/nir/c6/kim)


DUKA keluarga korban pesawat AirAsia QZ 8501 yang jatuh di Selat Karimata menjadi perhatian utama tim layanan psikologi di Crisis Centre Bandara


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News