Tembus Kerupuk

Oleh: Dahlan Iskan

Tembus Kerupuk
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Goenawan termasuk yang tidak akan pulang bersama rombongan. Dia akan langsung ke beberapa kota menemui partner-partnernya di Tiongkok.

Inspirasi bisnis kerupuk datang saat dia tinggal di Belanda. Goenawan memang kuliah di Hamburg. Di bidang komputer. Tujuh dari sembilan bersaudaranya lulusan Jerman.

Sejak SMA Goenawan sudah ingin berdagang: mengikuti jejak sang papa yang punya beberapa pabrik tapioka. Dia khawatir tidak ada di antara saudarannya yang terjun ke bisnis.

Kakak sulungnya diminta mertua gabung ke perusahaan rokok besar milik sang mertua. Kakak-kakak lainnya wanita: akan ikut suami mereka. Adik-adiknya masih kecil.

Maka selesai kuliah Goenawan tinggal di Belanda. Dagang. Dia mendatangkan hasil bumi Indonesia ke Eropa. Dia tahu orang Belanda begitu menyukai kerupuk udang Indonesia.

Goenawan juga buka restoran Indonesia. Laris. Berkembang. Sampai jadi lima restoran. Namanya Anda masih ingat –karena pernah makan di sana: Menuet. Anda juga sudah tahu apa artinya.

Setelah kawin, Goenawan mengajak istri tinggal di Belanda. Tidak kerasan. Tidak cocok dengan iklimnya. Sang istri minta pulang.

Sejak itulah Goenawan berpikir untuk bisnis kerupuk udang. Bukan lagi mentah. Tidak akan seperti yang dikirim ke Belanda.

Goenawan bikin pabrik kerupuk goreng. Banyak rasa. Yang paling laris rasa asli dan barbeque. Saya mencicipi contoh yang dia bawa ke Tiongkok.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News