Tempuh Jarak 100 Km, Mobil Listrik Hanya Habiskan Rp 32 Ribu

Pengembangan mobil listrik itu memerlukan infrastruktur dan teknologi yang memadai karena jumlah pemasok atau industri penunjangnya masih cukup sedikit bila dibandingkan dengan produsen kendaraan yang ada saat ini.
’’Jadi, butuh persiapan-persiapan yang matang seperti teknologi baterai dan tempat pengisiannya. Kalau perlu, bisa sampai tahan 200–300 kilometer,’’ terang Airlangga.
Insentif fiskal dan nonfiskal bakal diberikan kepada produsen otomotif untuk mempercepat pengembangan produksi kendaraan hibrida dan listrik di dalam negeri.
Pemangkasan bea masuk akan diberikan berdasar kilowatt baterai.
Insentif lain juga diberikan dalam bentuk pembangunan pusat penelitian dan pengembangan untuk komponen motor listrik, baterai, dan power control unit. Tujuannya, meningkatkan pemakaian komponen lokal.
Menurut Head of Indonesia Electric Vehicle Program Agus Purwadi, pemerintah harus menjadi pilot untuk mewujudkan transportasi ramah lingkungan.
’’Begitu melihat kita mengembangkan mobil listrik, Thailand langsung tancap gas. Mereka langsung declare sebagai negara basis eco car,’’ ujar Agus.
Agus menilai kapasitas manufaktur Indonesia sudah sangat ideal untuk memproduksi mobil listrik maupun hibrida.
Penggunaan mobil listrik diprediksi mampu menghemat separuh pengeluaran untuk biaya transportasi.
- Luhut dan Airlangga Bentuk Tim Khusus untuk Sikat Penghambat Investasi
- Penjualan Merosot Tajam, Honda Pangkas Produksi Mobil ICE
- Mengenal VinFast VF3, Mobil Listrik Mungil yang Punya Jelajah Ratusan Kilometer
- Seusai Ramadan, Vinfast Langsung Bangun Pabrik Mobil Listrik di Subang
- Rolls Royce Mengukir Sejarah Baru Melalui Mobil Listrik Black Badge Spectre
- Menjelang Lebaran, VinFast Kapalkan 2.500 Mobil Listrik ke Indonesia