Tenaga Kesehatan di Indonesia Berjuang Antara Selamatkan Pasien dan Keluarga Sendiri

Tenaga Kesehatan di Indonesia Berjuang Antara Selamatkan Pasien dan Keluarga Sendiri
Tes usap (swab test) COVID-19 dengan cara tes anal dilakukan terhadap warga yang menjalani karantina di China. (AP: Mark Schiefelbein)

"Rumah sakit tempat istri saya bekerja RS Moewardi adalah salah satu rumah sakit rujukan lini pertama di Jawa Tengah," kata Dedi kepada ABC Indonesia.

"Saya terkonfirmasi 7 November 2020, dirawat selama 16 hari di ruang isolasi RS dan selanjutnya isolasi mandiri di rumah sampai hari ke 52, dengan 6 kali test pcr evaluasi setiap 7 hari."

Tenaga Kesehatan di Indonesia Berjuang Antara Selamatkan Pasien dan Keluarga Sendiri Photo: Dedi Widiyanto perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Soedjarwadi di Solo Jawa Tengah. (Koleksi pribadi)

 

Menurut Dedi pada awalnya dia tidak merasa curiga terkena COVID-19, walau sempat mengalami gejala demam, pusing, seperti masuk angin, kemudian minum obat dan semua gejala mereda.

"Tetapi demam timbul kembali, sampai hari keenam saya merasakan kehilangan pembau dan kehilangan selera makan, aktivitas saya terganggu dan mual, pusing batuk semakin hebat," kata Dedi.

Dedi mengaku ia bisa mengerti jika masih banyak warga Indonesia yang merasa tidak enak badan namun menganggapnya bukan gejala COVID-19.

"Tidak percaya itu adalah hal yang wajar apalagi ini adalah virus baru dan di dunia medis masih berupaya untuk menanggulangi ini."

"Tetapi dengan melihat kondisi seperti ini tentunya masyarakat bisa bisa belajar berapa banyak korban yang telah meninggal, berapa banyak tenaga kesehatan yang gugur," ujar Dedi.

Sudah tiga bulan dokter muda Nadhira Anindita Ralena dikarantina di salah satu tower di kawasan Wisma Atlet Kemayoran Jakarta

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News