Tenaga Kesehatan di Indonesia Berjuang Antara Selamatkan Pasien dan Keluarga Sendiri

"Rumah sakit tempat istri saya bekerja RS Moewardi adalah salah satu rumah sakit rujukan lini pertama di Jawa Tengah," kata Dedi kepada ABC Indonesia.
"Saya terkonfirmasi 7 November 2020, dirawat selama 16 hari di ruang isolasi RS dan selanjutnya isolasi mandiri di rumah sampai hari ke 52, dengan 6 kali test pcr evaluasi setiap 7 hari."

Menurut Dedi pada awalnya dia tidak merasa curiga terkena COVID-19, walau sempat mengalami gejala demam, pusing, seperti masuk angin, kemudian minum obat dan semua gejala mereda.
"Tetapi demam timbul kembali, sampai hari keenam saya merasakan kehilangan pembau dan kehilangan selera makan, aktivitas saya terganggu dan mual, pusing batuk semakin hebat," kata Dedi.
Dedi mengaku ia bisa mengerti jika masih banyak warga Indonesia yang merasa tidak enak badan namun menganggapnya bukan gejala COVID-19.
"Tidak percaya itu adalah hal yang wajar apalagi ini adalah virus baru dan di dunia medis masih berupaya untuk menanggulangi ini."
"Tetapi dengan melihat kondisi seperti ini tentunya masyarakat bisa bisa belajar berapa banyak korban yang telah meninggal, berapa banyak tenaga kesehatan yang gugur," ujar Dedi.
Sudah tiga bulan dokter muda Nadhira Anindita Ralena dikarantina di salah satu tower di kawasan Wisma Atlet Kemayoran Jakarta
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia