Tenda Lama Ambruk, Tenda Baru Dikira Tempat Pengungsian
Setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan, akhirnya Sukemi memutuskan untuk tetap melangsungkan pesta pernikahan putrinya. Karena itu, lalu didirikan tenda yang baru.
"Tapi, begitu tenda berdiri lagi, warga berbondong-bondong berdatangan. Mereka mengira kami membikin posko pengungsian," ungkapnya.
Aan dan Dita berpacaran sejak SMA. Mereka sudah lama merencanakan pernikahan itu. Tapi, hari "H" pernikahan mereka ternyata didahului erupsi Gunung Kelud yang dahsyat. "Ini namanya musibah. Kami harus bisa memetik hikmahnya," ungkap Aan yang bekerja di perusahaan rokok ternama di Kediri itu.
Menurut mempelai perempuan, Dita, hari pernikahannya tersebut sungguh istimewa. Peristiwa yang akan dikenang sepanjang masa. "Bisa kami ceritakan kepada anak keturunan kami nanti. Doakan kami lekas dapat momongan ya," ucap perempuan 22 tahun itu lantas tersenyum.
Upacara pernikahan juga diselenggarakan keluarga Sriyami, warga Dusun Kalasan, Desa Jarak, Ploso Klaten. Dia "terpaksa" menikahkan putrinya, Dwi Susanti, dengan Bambang Purwanto sehari setelah Gunung Kelud meletus.
Seperti halnya keluarga Sukemi, keluarga Sriyami telanjur mempersiapkan segala sesuatunya untuk melangsungkan pernikahan itu. Namun, pesta yang seharusnya menjadi hari bahagia tersebut berlangsung dengan rasa kekhawatiran terjadinya erupsi. Apalagi ketika itu berembus kabar bahwa Kelud akan memuntahkan abu vulkanis lagi. "Tapi, saya terus berdoa agar diberi kelancaran. Itu saja," katanya.
Sebagaimana halnya di rumah Sukemi, dapur keluarga Sriyami yang sedang menyiapkan makanan untuk pernikahan juga ambruk. Beras ketan yang akan dimasak menjadi jajanan terkena abu vulkanis. Karena itu, dia terpaksa membuang bahan makanan yang akan disuguhkan kepada para tamunya tersebut.
Bahkan, para tetangga yang biasanya ikut membantu memasak tidak menampakkan diri seorang pun. Maklum, mereka disibukkan urusan rumah masing-masing yang kotor karena hujan batu dan abu Kelud itu.
Kendati Gunung Kelud masih berstatus awas, seorang warga Desa Ploso Klaten, Kecamatan Ploso Klaten, Kabupaten Kediri, tetap nekat menggelar hajatan
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408