Tengah Malam Menangis saat Dua Anaknya Minta Uang Kuliah
”Jadi Ismun mendaftar di Muhammadiyah, tapi kuliahnya tetap di Morotai, karena Muhammadiyah juga buka cabang di Morotai. Uang semesternya saat itu Rp 750 ribu, jadi kalau bertahan dengan hasil jualan yang saya simpan Rp 10 ribu per hari maka tidak cukup. Makanya ada tiga ekor sapi ternak saya jual untuk menutupi kebutuhan kuliah Ismun," cetus Maan.
Ketika Ismun memasuki semester tiga, beban hidup Maan kian menjadi. Adik Ismun, Noni, sudah waktunya masuk kuliah. Ia mendaftar di kampus yang sama dengan kakaknya.
Mengandalkan biaya kuliah dua anak dengan penghasilan sebagai seorang penjual roti bukanlah perkara mudah.
Maan harus putar otak mencari uang untuk pendidikan dan kebutuhan sehari-hari anak-anaknya.
"Saya mencoba untuk kuat dan tetap tegar, tapi malamnya saya tetap menangis ketika ada pesan dari Kota Daruba bahwa kedua anak saya meminta uang," ungkapnya.
Berat, namun Maan tak mau menyerah. Dengan susah payah, ia berhasil memenuhi tekadnya mengantarkan dua anaknya meraih gelar sarjana.
Saat ini, baik Ismun maupun Noni masing-masing sudah bekerja dan mampu membiayai hidup mereka sendiri. Ini membuat sang ibu lega bukan main.
"Noni mengajar di SD Usbar Dalam dan Ismun kerjanya sebagai pendamping desa. Jadi sudah lega, karena beban yang saya pikul selama 14 tahun sudah mulai berkurang," ujarnya.
Mengandalkan biaya kuliah dua anak dengan penghasilan sebagai seorang penjual roti bukanlah perkara mudah. Tapi Allah Maha Adil.
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408