Tentang Kegigihan, Keikhlasan, dan Impian Polisi Hebat Itu
Junaidin mengungkapkan, dengan jumlah anak yang terus bertambah, dirinya kesulitan kalau harus mengajar sendirian.
Sebab, tugas di kepolisian juga padat. Karena itulah, mulai tahun ini, ada empat tenaga pengajar sukarela yang membantunya.
”Mereka ini pengajar dari sekolah sekitar. Saya ajak ke sini secara sukarela karena saya sudah kewalahan,” ujar pria yang pernah mengenyam pendidikan di madrasah itu.
Dengan adanya para pengajar tersebut, anak-anak Desa Songgela kini bisa setiap hari nyantri di ponpes. Setelah jam sekolah selesai, pukul 14.00, mereka biasanya sudah berkumpul. Mereka belajar mengaji dan menghafal Alquran sampai pukul 17.00.
Dulu, ketika Junaidin sendirian mengajar, belum tentu anak-anak bisa mengaji setiap hari. Sebab, mereka harus menyesuaikan waktu dengan Junaidin. Jika sedang ada demonstrasi di Kota Bima, pria 38 tahun itu sampai harus absen datang ke pesantren hingga tiga hari berturut-turut.
”Saya kasihan sama anak-anak. Mereka sudah capek datang, harus pulang lagi, tidak jadi belajar,” tuturnya.
Karena itu, untuk menghargai jerih payah para pengajar, Junaidin ingin memberi mereka insentif. Sebab, setelah sibuk mengajar di sekolah masing-masing, mereka sudah dengan ikhlas datang ke ponpes untuk membantu dia.
”Insya Allah nanti ada untuk mereka, saya sudah niat untuk itu,” ujarnya.
BRIPKA Junaidin mendirikan sebuah pondok pesantren di Desa Songgela, Kota Bima. Para santri juga diajari ilmu hukum sederhana. Jika kelak ponpes
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara