Tentang Perempuan Menemukan Tujuh Telur dan Cenderawasih
Desain batik yang mampu membawanya menjadi jawara pada ajang bergengsi tersebut berawal dari ide sederhana. Yaitu, tentang filosofi Kepulauan Raja Ampat. Mitos tentang seorang perempuan yang menemukan tujuh telur. Kemudian, empat butir telur tersebut menetas dan berubah menjadi seorang pangeran yang terpisah oleh pulau.
Masing-masing pangeran itu pun menjadi raja di daerah Waigeo, Salawati, Misool Timur, dan Misool Barat. Sementara itu, tiga telur lainnya berubah menjadi hantu, perempuan, dan batu. Dari situlah Monica berusaha memasukkan seluruh unsur pada kepulauan di Papua Barat. ’’Aku pelajari filosofinya lewat internet,’’ papar Monica.
Anak bungsu pasangan Andri Witarsa dan Julia Sathyawan tersebut membuat desain batiknya dengan cerita yang kuat tentang Raja Ampat. Tidak hanya tentang filosofi, dia juga memasukkan burung cenderawasih, kopi, serta bunga sepatu dan anggrek sebagai ciri khas Raja Ampat.
Bahkan, mata pencaharian warga Papua sebagai nelayan, keindahan taman laut dengan karang merah, serta ikan dan ornamen-ornamen Papua tertuang dalam desain batik tersebut. Untuk pilihan warna, Monica mengaplikasikan warna-warna cerah dari Papua. Misalnya, merah, kuning, biru, dan hijau.
Siapa disangka, ide sederhana tersebut justru membawa perempuan kelahiran 30 November 1995 itu menang. Padahal, dunia batik adalah dunia baru bagi Monica. Baru dua bulan terakhir ini dia menekuni batik. Saat ini Monica benar-benar jatuh cinta pada batik. ’’Saya hanya diinfo melalui telepon oleh panitia. Karena itu, saya masih tidak percaya,’’ ujar gadis yang hobi menggambar tersebut.
Selain mendapat hadiah Rp 25 juta dari pemerintah, karya desain batik Raja Ampat milik Monica bakal digunakan sebagai seragam pejabat pemerintahan dalam Sail Raja Ampat 2014. Ajang internasional tersebut merupakan pengenalan Kepulauan Raja Ampat kepada seluruh dunia yang diselenggarakan di Pantai Waisai Torang Cinta (WTC), Kota Waisai, Raja Ampat, Papua Barat.
Hal tersebut membuat Monica bangga. Karena itu, dia terus bersemangat untuk berkreasi, khususnya di bidang batik. Bahkan, dia ingin membuat batik lebih eksis di kalangan anak muda, baik di dalam negeri maupun luar negeri. ’’Kan masih sedikit anak muda yang memakai batik. Batik itu kan nggak kuno. Saya ingin mengubah mindset itu,’’ tegasnya.
Monica mengaku, kecintaannya pada batik berawal dari kebiasaannya melihat ornamen-ornamen batik di rumahnya. Terlebih, sang ibu merupakan penggemar batik. Hampir setiap hari orang tuanya mengenakan batik. Lambat laun, dia merasa batik memiliki nilai seni dan budaya yang sangat tinggi.
GADIS berparas cantik itu tidak berhenti menggoreskan lilin panas dari canting listriknya ke selembar kain katun putih di Batik Bayusumilir, Rabu
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408